Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah tersebut, Institut Pertanian Bogor (IPB ) sedang menyelidiki hewan yang dapat digunakan dalam uji coba pra-klinis untuk vaksin Human Papilloma Virus (HPV), virus penyebab kanker serviks. Pada Sabtu (4/6), mereka mengumumkan bahwa riset mereka yang berjudul 'Penyiapan Hewan Model untuk Uji Pre-Klinis Vaksin HPV' telah masuk ke dalam Prioritas Riset Nasional RI.
Riset tersebut muncul untuk menjawab tantangan yang mendesak terkait ketersediaan vaksin HPV produksi nasional. Penelitian ini diinisiasi oleh Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Menurut Isti Kartikasari, anggota penelitian tersebut, pihaknya telah memiliki roadmap sebagai lembaga yang menyediakan hewan model untuk penyakit infeksius dan non infeksius, salah satunya papillomavirus. Dia pun mengungkap, mereka juga bekerja sama dengan University of Copenhagen, Denmark, dalam penelitian ini.
"Vaksinnya sendiri dikembangkan melalui konsorsium yang diketuai oleh LIPI dengan banyak lembaga lain," kata Isti, berdasarkan siaran pers yang diterima kumparan. "Kami di PSSP dilibatkan sebagai penyedia hewan model untuk uji vaksin yang akan dikembangkan."
ADVERTISEMENT
Dalam riset tersebut, tim peneliti melakukan penapisan (screening) secara khusus untuk melihat hewan apa yang juga terinfeksi oleh virus papiloma seperti manusia. Berdasarkan screening tersebut, peneliti menemukan bahwa monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) cocok sebagai model uji pra-klinis karena mereka juga memiliki virus papiloma.
Meski demikian, kata Isti, monyet ekor panjang punya virus papiloma-nya sendiri. Oleh karena itu, tim peneliti akan melihat lebih lanjut urutan DNA virus dan mendeteksinya dengan metode polymerase Chain Reaction (PCR) dan Real Time PCR (RTPCR).
"Selain itu juga dilihat kondisi sel terutama di daerah mulut rahim, karena HPV adalah penyebab kanker leher rahim, apakah ada penebalan sel keratin atau tidak," jelasnya.
Adapun menurut Kepala Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB University, Huda Darusman, satwa primata punya keunggulan sebagai model uji vaksin karena lebih relevan dengan manusia. Hal tersebut membuat vaksin yang dibuat dari hasil uji terhadap primata bisa lebih efektif dan aman bagi manusia.
ADVERTISEMENT
"Hewan model primata, memiliki kemiripan dengan manusia biasanya merupakan hewan paling akhir yang dilibatkan dalam uji preklinis vaksin dan obat," kata Huda. "Diharapkan setelah melalui uji pada primata, vaksin dan obat yang diuji sudah semakin dekat dan aman untuk manusia."