Peneliti ITB: Jakarta Rawan Alami Kerusakan Parah Jika Selatan Jawa Gempa Hebat

24 September 2020 15:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan berada diluar gedung perkantoran sesaat setelah terjadi gempa di kawasan Sudirman, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Dwi Prasetya
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan berada diluar gedung perkantoran sesaat setelah terjadi gempa di kawasan Sudirman, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Dwi Prasetya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lokasi Indonesia yang berada di kawasan cincin api pasifik atau ring of fire membuat kita rawan mengalami gempa dan gunung meletus. Terlebih, letak Indonesia berada pada titik pertemuan lempeng-lempeng tektonik dunia yang terancam mengalami bencana tsunami.
ADVERTISEMENT
Menyoal tsunami dan gempa tektonik, Guru Besar bidang Seismologi di Institute Teknologi Bandung (ITB), Prof. Sri Widiyantoro, mengatakan bahwa Jawa Barat berpotensi diguncang gempa besar yang bisa memicu tsunami dengan ketinggian 20 meter. Tsunami itu diprediksi menghantam wilayah selatan Banten dengan kekuatan gempa di atas 8 magnitudo.
Ini tak lain karena adanya wilayah minim gempa atau seismic gap di laut selatan Jawa. Seismic gap adalah bagian dari sesar yang pernah menghasilkan gempa bumi di masa lalu. Wilayah seismic gap berpotensi melepaskan gempa dengan magnitudo yang lebih besar ketika ia aktif kembali.
Gempa di Lebak, Banten (ilustrasi). Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan
Tidak adanya gempa besar dengan magnitudo 8 atau lebih dalam beberapa ratus tahun terakhir mengindikasikan ancaman gempa tsunamigenik dahsyat di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Jika itu terjadi, Kata Widiyanto, bukan hanya wilayah pesisir pantai selatan saja yang bakal terdampak gempa dahsyat tersebut, DKI Jakarta dengan jarak 200 kilometer dari lokasi episentrum juga akan merasakan dampak tersebut.
“Kita masih ingat awal tahun 2018 ada gempa Lebak, jarak ke Jakarta sekitar 200 km. Meski magnitudo relatif kecil (6,1M) jika dibandingkan dengan gempa megathrust, tapi guncangannya sudah terasa cukup besar di Jakarta,” kata Widiyanto dalam webinar ‘Implications for Megathrust Earthquakes and Tsunamis from Seismic Gaps South of Java’ pada Rabu (23/9).
“Kenapa demikian? Karena Jakarta berada pada area dengan sedimen yang tebal, dengan ketebalan hingga 700 meter di Jakarta Utara. Ini mirip dengan Mexico City,” lanjutnya.
Jakarta rawan alami kerusakan jika terjadi gempa. Dijelaskan Widiyantoro dalam webinar. Foto: YouTube
Widiyantoro lantas menjelaskan, kala itu Mexico City pernah diguncang gempa dengan jarak episentrum sekitar 400 km. Gempa itu tidak menghancurkan bangunan-bangunan yang ada di dekat lokasi gempa. Kerusakan justru terjadi di Mexico City yang memiliki jarak 400 km dari pusat gempa.
ADVERTISEMENT
“Ini disebabkan karena terjadi resonansi, gelombang yang masuk terjebak di lapisan lunak atau sedimen, kemudian mengalami refleksi. Jika terjadi frekuensi yang sama dengan frekuensi natural bangunan, maka terjadi resonansi dan menimbulkan banyak kerusakan,” katanya.
Hal ini juga berlaku di Jakarta, di mana wilayahnya memiliki kontur sedimen tebal seperti Mexico City. Oleh karena itu, DKI Jakarta sangat rawan mengalami kerusakan jika terjadi gempa di Banten atau lokasi lain yang berdekatan dengannya.