Penjelasan Ilmiah Getaran dan Letusan Lumpur Gas di Blora, Apa Bahayanya?

28 Agustus 2020 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lokasi lumpur di Wisata Geologi Kesongo Blora yang meletus. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi lumpur di Wisata Geologi Kesongo Blora yang meletus. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kawah lumpur panas yang berada di Wisata Geologi Kesongo Blora, di kawasan Kesatuan Pemangku Hutan atau KPH Randublatung, Dukuh Sucen, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, meletus pada Kamis (27/8) pagi.
ADVERTISEMENT
Menurut Anggota Polhut Resort Pemangkuan Hutan, Padas Agus Rimbawanto, kawah lumpur yang meletus itu terjadi di petak 141. Sebelum terjadi letusan, getaran keras sempat terjadi di permukiman warga. Guncangannya terasa hingga radius 1 kilometer.
Agus menjelaskan fenomena semburan lumpur di Kesongo hampir mirip seperti di Bleduk Kuwu Grobogan. Dia bilang, yang disemburkan Kesongo adalah gas. Bleduk Kuwu Grobogan adalah istilah ledakan yang terjadi di gunung api lumpur yang terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah.
Dijelaskan oleh Peneliti Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Haryadi Permana, letusan gunung api lumpur atau disebut mud volcano adalah hal yang lazim terjadi.
“Tempat tersebut merupakan lokasi wisata gunung lumpur. Jadi sifatnya alami di kawasan rawa-rawa. Di Jawa, sejak lama juga tercatat banyak aktivitas gunung lumpur. Kalau tidak salah ada di Grobogan, Purwodadi, dan Bleduk Kuwu,” kata Haryadi saat dihubungi kumparanSAINS, Jumat (28/8).
ADVERTISEMENT
Sementara dijelaskan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jawa Timur, Handoko Teguh Wibowo, fenomena semburan gas bercampur lumpur di Desa Gebusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jateng, merupakan ekstrusi cairan seperti hidrokarbon dan gas metana yang mencapai permukaan melewati retakan batuan yang bercampur lumpur batuan yang dilewati.
Kerbau-kerbau yang selamat dari letusan lumpur gas di Blora. Foto: kumparan
Mud vulcano terjadi ketika lumpur yang berasal dari sedimen butiran halus dari formasi kerek menjebak air pada ruang antar butiran saat pengendapan. Akibatnya batuan di dalam menjadi terpendam dan mengalami penambahan tekanan serta peningkatan suhu sehingga air di dalam pori batuan akan mengembang dan bertekanan tinggi. Dari sinilah mud volcano terbentuk.
Handoko mengatakan, mud volcano di Blora memiliki temperatur kamar 30 hingga 32 derajat Celcius. Ini lebih rendah ketimbang semburan lumpur yang ada di Sidoarjo, Jawa Timur, dengan temperatur 100 derajat Celcius. Tinggi semburan bisa mencapai 1 hingga 4 meter, dan terjadi secara periodik.
ADVERTISEMENT
Letusan gunung lumpur bisa membahayakan karena memiliki suhu panas dan zat beracun, terutama gas metan turunan dari hidrokarbon. Adapun dalam peristiwa semburan lumpur di Blora telah menyebabkan 4 orang warga keracunan, 19 kerbau hilang tertimbun lumpur saat sedang minum air di rawa sekitar tempat kejadian.

Semburan lumpur di Blora besar

Material lumpur jenis batuan sill yang dimuntahkan dalam peristiwa itu diketahui mencapai 329.000 m3 (meter kubik). Kepala Seksi Energi Cabang Dinas ESDM Kendeng Selatan Provinsi Jawa Tengah, Sinung Sugeng Arianto mengatakan, sejak 30 tahun terakhir di Kesongo, baru kali ini yang terbesar.
Berdasarkan pengamatan dari atas menggunakan drone, pihaknya memetakan luas luberan lumpur mencapai 3,39 hektare dengan ketebalan antara 1-1,5 meter.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan citra satelit, lanjutnya, peristiwa itu tergolong kecil. Sebab pada zaman purba (Jaman Paleo) terjadi semburan dengan luasan letupan mencapai 114 hektare.
Lokasi lumpur di Wisata Geologi Kesongo Blora yang meletus. Foto: Dok. Istimewa
"Artinya letusan itu bisa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Saat ini masih berpotensi terjadi lagi. Kita tetap mengantisipasi, dengan harapan tidak terjadi bencana," ujar dia.
Ia memastikan peristiwa alam ini merupakan kejadian alami dan bukan karena dampak dari aktivitas manusia. Lokasi letusan kawah lumpur Kesongo cukup jauh dari permukiman warga. Sekitar 2 kilometer dan posisi aman.
"Kami sarankan untuk pengamanan lokasi dari masyarakat yang ingin melihat," kata Teguh.