Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Pertama di Dunia, Transplantasi Hati Babi ke Pasien Mati Otak Berjalan Sukses
29 Maret 2025 3:11 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Hati babi yang dimodifikasi sukses ditransplantasikan pada manusia. Hasil menunjukkan organ tersebut dapat berfungsi dengan normal di tubuh manusia tanpa ada tanda-tanda penolakan.
ADVERTISEMENT
Menurut tim dokter yang dipimpin oleh Kai-Shan Tao, Zhao-Xu Yang, Xuan Zhang, dan Hong-Tao Zhang dari Fourth Military Medical University di China, hati babi yang dimodifikasi menjalankan fungsi metabolisme dasar pada pasien yang didiagnosis dengan kematian otak selama 10 hari.
Peristiwa ini menjadi yang pertama di dunia transplantasi hati babi sukses dilakukan ke manusia, menawarkan harapan bagi pasien penyakit hati stadium lanjut dengan transplantasi sebagai satu-satunya pengobatan yang bisa dilakukan.
“Ini adalah kasus pertama di dunia di mana hati babi yang dimodifikasi secara genetika ditransplantasikan ke pasien dengan mati otak,” kata Rafael Matesanz, nefrologi dari Organisasi Transplantasi Nasional di Spanyol yang tidak terlibat dalam studi.
Rafael mengatakan, transplantasi hati babi ini membuka jalan bagi pasien untuk mendapatkan organ vital (jantung) dan organ non-vital (ginjal) sementara sebelum mendapatkan pengganti organ asli manusia.
Ketersediaan organ donor sendiri telah menjadi kendala utama bagi pasien yang membutuhkan transplantasi. Salah satu solusi yang mungkin dilakukan untuk menangani masalah ini adalah xenotransplantasi, yakni mengambil organ dari hewan yang dimodifikasi secara genetik untuk menggunakannya sebagai organ sementara hingga donor manusia yang cocok ditemukan.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, uji klinis pasien yang sudah menjalani xenotransplantasi cukup menjanjikan. Pada 2023, hati babi yang dimodifikasi secara genetik dipasang secara eksternal pada tubuh pasien yang mengalami kematian otak selama tiga hari. Eksperimen dengan ginjal babi yang dimodifikasi secara genetik telah selangkah lebih jauh, di mana xenotransplantasi ginjal babi sudah dilakukan pada pasien hidup.
Fungsi hati lebih kompleks daripada ginjal, membuat transplantasi menjadi prospek yang lebih sulit. Tidak semua ilmuwan menganggap transplantasi ini bisa berhasil, karena lemak, protein, dan glukosa yang diproduksi oleh hati babi dapat memicu respons imun yang kuat pada manusia.
Pada pasien yang mengalami mati otak–orang tanpa fungsi otak dianggap vital bagi kehidupan–, Tao dan timnya kini berhasil mentransplantasikan hati babi yang dimodifikasi secara genetik.
ADVERTISEMENT
Ada enam modifikasi genetik yang semuanya fokus pada upaya meminimalkan penolakan imun. Modifikasi tersebut meliputi penghilangan gen yang memediasi penolakan hiperakut dan penyisipan gen manusia untuk membuat organ lebih kompatibel dengan tubuh manusia.
Ketika transplantasi dilakukan, organ babi tersebut tidak menggantikan hati pasien secara keseluruhan. Hati asli tidak dibuang, tapi dibiarkan tetap berada di tempatnya. Sementara hati babi ditempatkan di posisi lain, di rongga perut, dihubungkan dan dipantau. Penelitian dihentikan 10 hari setelah transplantasi karena permintaan keluarga pasien, tapi hati tetap berfungsi dengan baik sampai akhir khayat pasien tersebut.
Sistem kekebalan pasien tidak menolak implan hati babi berkat penerapan imunosupresan yang tepat untuk menghambat aktivitas sel T dan sel B. Aliran darah juga berfungsi dengan normal, di mana hati babi mampu memproduksi empedu dan albumin, sebagaimana seharusnya hati bekerja.
ADVERTISEMENT
Karena pasien memiliki hati yang masih berfungsi, sulit untuk memastikan apakah hati babi dapat bekerja dengan baik bagi pasien yang mengalami gagal ginjal. Inilah yang mungkin akan digali lebih jauh di masa depan.
Bagaimanapun, studi yang diterbitkan di jurnal Nature ini telah menunjukkan bahwa modifikasi genetik dapat mencegah penolakan organ hiperakut dan jumlah trombosit rendah terkait dengan xenotransplantasi. Artinya, eksperimen ini layak untuk diteliti lebih lanjut.
“Studi ini merupakan tonggak sejarah dalam xenotransplantasi hati, karena untuk pertama kalinya menjelaskan transplantasi hati babi yang dimodifikasi secara genetik ke manusia,” papar ahli saraf Ivan Fernandez Vega dari University of Oviedo yang tak terlibat dalam penelitian.
“Diperlukan penelitian mendalam, baik dari segi ketelitian ilmiah maupun karakterisasi klinis, imunologi, histologi, dan hemodinamik yang menyeluruh.”
ADVERTISEMENT
Masih banyak yang mesti dipelajari. Studi ini hanya menilai produksi empedu dan albumin, penanda paling dasar fungsi hati. Penelitian ini juga hanya melibatkan satu pasien. Kendati begitu, ini adalah langkah yang menjanjikan, menunjukkan potensi penyelamatan pasien di masa depan, terutama bagi mereka yang mengalami gagal hati dan tak ada pengobatan lain selain transplantasi ginjal.