Perubahan Iklim Makin Gencar, Infeksi Amoeba Pemakan Otak Kian Menyebar

20 Desember 2020 13:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Ameba Naegleria fowleri. Foto: Lata R. Chandel via Research Gate web
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ameba Naegleria fowleri. Foto: Lata R. Chandel via Research Gate web
ADVERTISEMENT
Infeksi amoeba pemakan otak semakin menyebar di AS. Para peneliti menduga, hal tersebut ada kaitannya dengan perubahan iklim di mana suhu jadi lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Dalam studi terbaru yang dibuat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Emerging Infectious Diseases, para peneliti menemukan bahwa kasus infeksi amoeba pemakan otak punya jumlah kasus yang hampir sama di setiap tahun dalam 4 dekade terakhir. Namun, lokasi terjadinya infeksi makin meluas ke bagian utara negara tersebut.
Biasanya, infeksi amoeba pemakan otak terjadi di negara bagian selatan AS seperti Florida. Meski demikian, para peneliti mencatat pertumbuhan kasus infeksi fatal tersebut di negara bagian barat tengah AS seperti Minnesota, Kansas dan Indiana, dalam satu dekade terakhir.
Infeksi amoeba pemakan otak sendiri disebabkan oleh amoeba bernama N. Fowleri. Menurut catatan CDC, ia adalah organisme bersel tunggal yang secara alami ditemukan di air tawar yang hangat, seperti danau dan sungai, dengan suhu paling baik sekitar 46 derajat Celcius.
ADVERTISEMENT
Nah, dalam studinya, para peneliti CDC menganalisis kasus Naegleria fowleri di AS terkait dengan paparan air rekreasi, seperti berenang di danau, kolam, sungai atau waduk. Mereka menganalisis kasus yang tercatat dari 1978 hingga 2018.
Ilustrasi Ameba Naegleria fowleri. Foto: Lata R. Chandel via Research Gate web
Peneliti menemukan, ada 85 kasus infeksi amoeba pemakan otak yang memenuhi kriteria mereka untuk penelitian. Kriteria tersebut yaitu kasus yang terkait dengan paparan air rekreasi dan termasuk data lokasi.
Peneliti mencatat, selama ini jumlah kasus tahunan infeksi amoeba pemakan otak yang dilaporkan cukup konstan, berkisar dari nol hingga enam kasus per tahun. Sebanyak 74 kasus terjadi di negara bagian selatan, dan enam lainnya dilaporkan di wilayah barat tengah. Dari enam kasus ini, lima di antaranya terjadi setelah 2010.
ADVERTISEMENT
Menurut pengukuran tim peneliti, lokasi persebaran kasus infeksi amoeba pemakan otak telah bergeser 13,3 km ke utara per tahun.
Selain itu, para peneliti juga menganalisis data cuaca di sekitar tanggal setiap kasus terjadi. Mereka menemukan, ternyata rata-rata suhu harian dalam dua minggu menjelang setiap kasus lebih tinggi daripada rata-rata historis untuk setiap lokasi.
"Ada kemungkinan bahwa kenaikan suhu dan akibatnya peningkatan penggunaan air untuk rekreasi, seperti berenang dan olahraga air, dapat berkontribusi pada perubahan epidemiologi (penyakit)," tulis para penulis dalam laporan mereka yang akan dipublikasi Januari 2021.
Ilustrasi Ameba Naegleria fowleri. Foto: Lata R. Chandel via Research Gate web
Meski demikian, peneliti menegaskan kalau studi mereka punya keterbatasan. Misalnya, infeksi amoeba pemakan otak mungkin kurang dilaporkan di Amerika Serikat. Dengan demikian, data yang mereka pakai mungkin tidak sepenuhnya menangkap tren dalam karakteristik insiden dan keterpaparan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, karena tidak tersedia datanya, peneliti tak memakai data suhu air di studi mereka. Mereka menggunakan data suhu udara untuk menyimpulkan studi mereka. “Namun, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa suhu udara adalah pendorong utama suhu permukaan danau dan dengan demikian merupakan proxy yang tepat,” kata mereka.
Peneliti bilang, upaya untuk mengetahui kapan, di mana, serta menyadari perubahan dalam rentang geografisnya, dapat membantu kita untuk memprediksi lebih baik risiko infeksi amoeba pemakan otak. Walaupun ia hanya organisme sederhana, Naegleria fowleri punya dampak fatal bagi manusia.
Infeksinya bisa menyebabkan penyakit langka bernama primary amebic meningoencephalitis (PAM). Infeksi tersebut membuat jaringan otak menjadi hancur, menyebabkan pembengkakan otak, hingga mengakibatkan kematian.
ADVERTISEMENT
Karena dampaknya tersebut bagi tubuh manusia, amoeba ini dikenal sebagai ‘pemakan otak.’ Tingkat kematian infeksi amoeba pemakan otak mencapai 97 persen, menurut catatan CDC.
Infeksi amoeba pemakan otak terjadi ketika air yang terkontaminasi naik ke hidung manusia, memungkinkan organisme memasuki otak melalui hidung, sebelum nantinya menghancurkan jaringan otak. Meski berbahaya jika masuk ke hidung, orang yang menelan air yang terkontaminasi tidak akan terinfeksi. Penyakit ini juga tidak menular antar manusia.
Karena tidak ada tes cepat untuk amoeba pemakan otak di dalam air, satu-satunya cara yang pasti untuk mencegah infeksi ini adalah dengan menghindari berenang di air tawar yang hangat, kata CDC.