Polling kumparan: 40% Pembaca Lebih Nyaman Pakai Masker N95, 28,8% Masker Bedah

4 September 2023 12:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bermasker di tengah polusi. Foto: Reuters/Soe Zeya Tun
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bermasker di tengah polusi. Foto: Reuters/Soe Zeya Tun
ADVERTISEMENT
Sebanyak 40,01 persen pembaca lebih nyaman pakai masker N95 untuk menerjang polusi udara Jakarta. Temuan ini berasal dari polling kumparan periode 18 Agustus - 1 September 2023.
ADVERTISEMENT
Polling ini diikuti oleh 1.627 responden. Sebanyak 651 responden atau 40,01 persen mengaku lebih nyaman pakai masker N95 untuk terjang polusi udara di Jakarta. Sementara, 28,83 persen atau 469 responden mengaku lebih nyaman pakai masker bedah.
Selain itu, 24,77 persen atau 403 responden justru lebih memilih masker KF94, sedangkan masker kain hanya dipilih 6,39 persen atau 104 responden.
Polusi Jakarta dan kota sekitarnya hingga kini ada pada level mengkhawatirkan. Pemerintah pun didesak untuk segera memperbaiki kualitas udara yang buruk ini.
Situasi ini berdampak pada meningkatnya pasien Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Bahkan, Presiden Jokowi disebut sudah 4 minggu mengalami batuk-batuk. Kondisi presiden itu kemungkinan akibat udara yang tidak sehat.
ADVERTISEMENT
"Presiden minta dalam waktu satu minggu ini ada langkah konkret karena Presiden sendiri sudah batuk, katanya sudah hampir 4 minggu beliau [batuk], belum pernah merasakan seperti ini," kata Menteri ad intern ESDM Sandiaga Uno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/8).
Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengurangi risiko sakit pernapasan akibat polusi, salah satunya adalah mengenakan masker saat bepergian maupun beraktivitas.
Misalnya, masker N95 yang sejak pandemi COVID-19 dikenal berbahan rapat, sehingga mencegah virus dan polutan terhirup oleh manusia. Masker ini dapat mengurangi 95 persen partikel polusi udara berukuran lebih dari 0,3 mikron.
Ada juga masker KF94 yang sanggup menyaring 94 persen partikel hingga berukuran 0,3 mikron. Jenis masker lainnya yang banyak digunakan adalah masker bedah dan kain.
Direktur Utama RSUP Persahabatan Prof. Dr.dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR. Foto: RSUP Persahabatan
Guru Besar dalam Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K) menyebut masker bedah hanya dapat menyaring polutan hingga 50 persen.
ADVERTISEMENT
"Ya paling minimal pakai masker bedah lah," kata Agus Dwi Susanto dalam webinar bertajuk "Dampak Polusi Udara pada Kesehatan", dikutip dari ANTARA (24/8).
Ia menyarankan lebih baik lagi menggunakan jika masker jenis respirator, seperti N95, KN95, FFP2, atau KF94.
"Kalau enggak bisa karena mungkin pengap atau mungkin karena tidak nyaman, bisa pakai masker bedah, masker bedah bisa memfiltrasi hampir 50 persen," sambungnya.
Sementara masker kain sangat tidak direkomendasikan, kecuali dilapisi dengan filter PM 2.5.
"Filter itu bisa diselipkan di masker kain sehingga filtrasi-nya terhadap PM 2.5 menjadi meningkat sampai 95 persen," kata Agus.