Positif Corona, Apa Saja Obat yang Diminum Donald Trump?

6 Oktober 2020 8:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Donald Trump mengenakan masker saat tur di Pusat Inovasi Bioteknologi Fujifilm Diosynth, di Morrisville, North Carolina, AS, (27/7). Foto: Carlos Barria/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Donald Trump mengenakan masker saat tur di Pusat Inovasi Bioteknologi Fujifilm Diosynth, di Morrisville, North Carolina, AS, (27/7). Foto: Carlos Barria/REUTERS
ADVERTISEMENT
Sejak divonis positif corona, kondisi presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dinyatakan tidak memburuk. Ia bahkan mengatakan bahwa dirinya “merasa jauh lebih baik,” dalam saran yang diunggah lewat Twitter, Sabtu (3/10).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan dokter di Gedung Putih, Trump telah diberikan beberapa pengobatan untuk menyembuhkan gejala COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona. Di antara obat-obatan tersebut, ada yang merupakan obat eksperimental yang belum teruji secara klinis.
Lalu, apa saja obat-obatan yang diminum Donald Trump untuk mengurangi gejala COVID-19? Berikut daftarnya.

REGN-COV2

Gedung Kepresidenan melaporkan pada Jumat (2/10), bahwa Donald Trump telah diberikan 8 gram dosis obat antibodi eksperimental yang terbuat dari cocktail. Obat itu adalah Regeneron alias REGN-COV2 yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Regeneron Pharmaceuticals.
REGN-COV2 diketahui masih dalam tahap uji klinis sejak Juni 2020. Perusahaan mengumumkan, bahwa 275 pasien positif COVID-19 yang tidak menjalani rawat inap dan mengkonsumsi obat REGN-COV2 mengalami kondisi lebih baik.
ADVERTISEMENT
Namun, perusahaan mengaku masih perlu data pasien lebih banyak untuk mengetahui secara pasti seberapa baik pengobatan ini bekerja. Obat ini juga masih dalam tahap pembicaraan oleh regulator AS untuk didistribusikan untuk pasien di negaranya.
Ilustrasi obat-obatan yang harus dibawa ketika traveling. Foto: Shutter Stock

Remdesivir

Donald Trump juga diberikan obat antivirus Remdesivir buatan Gilead Sciences, yang berbasis di New York, Amerika Serikat. Ia mengonsumsi Remdesivir selama lima hari dengan tujuan untuk mempersingkat waktu pemulihan penyakit.
“Kemarin malam dia menerima dosis pertama remdesivir IV dan rencana kami adalah melanjutkan kursus pengobatan lima hari untuk remdesivir," kata Dr. Brian Garibaldi, salah satu tim dokter yang merawat Trump di Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, dilansir CNN.
Dalam uji klinis tahap ketiga, peneliti mengungkap bahwa Remdesivir memiliki kemampuan untuk mempercepat pemulihan pada pasien dengan gejala pneumonia. Percobaan ini melibatkan 600 pasien secara acak dengan dosis untuk penggunaan lima hari.
ADVERTISEMENT
Penelitian menemukan, pasien dengan COVID-19 sedang yang menerima pengobatan Remdesivir selama lima hari lebih mungkin menjadi lebih baik setelah 11 hari, dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima perawatan standar.
Obat Remdesivir. Foto: AFP/ULRICH PERREY
Meskipun begitu, obat ini juga belum mendapatkan persetujuan pemerintah AS untuk didistribusikan ke negaranya. Jika sudah disetujui, maka Remdesivir akan menjadi perawatan darurat untuk pasien COVID-19.

Dexamethasone

Trump juga menerima pengobatan kortikosteroid setelah mengalami penurunan kadar oksigen pada Sabtu (3/10). Di sisi lain, dr Rochelle Walensky, kepala penyakit menular di Massachusetts General Hospital mengatakan, penggunaan dexamethasone atau deksametason ini dianggap hal yang aneh.
"Tidak jelas bagi saya mengapa mereka memberinya itu jika dia tidak membutuhkan oksigen tambahan,” kata Walensky. Obat ini biasanya diberikan kepada pasien corona yang membutuhkan oksigen tambahan atau ventilator.
ADVERTISEMENT
Di AS, dexamethasone telah digunakan untuk mengobati beberapa pasien COVID-19 sejak awal pandemi. Namun sebelumnya, beberapa dokter telah memperingatkan bahwa obat ini bukan pengobatan untuk penyakit ringan.
Pada Juni 2020, peneliti mengungkap penggunaan dexamethasone dosis rendah selama 10 hari bisa mengurangi sepertiga kematian pasien rawat inap yang membutuhkan ventilator. Percobaan itu melibatkan 6.400 pasien.
“Para peneliti merekomendasikan agar tidak menggunakan dexamethasone untuk pengobatan COVID-19 pada pasien yang tidak membutuhkan oksigen tambahan,” tulis pedoman National Institutes of Health.
Polemik obat corona. Foto: Indra Fauzi/kumparan
Dalam studi terkait deksametason, sekitar 23 persen pasien yang diobati dengan dexamethasone meninggal dunia, dibandingkan dengan sekitar 26 persen pasien yang tidak. Hal ini terjadi karena penggunaan obat yang tidak sesuai.
"Tidak ada manfaat kelangsungan hidup yang terlihat di antara peserta yang tidak membutuhkan terapi oksigen saat pendaftaran," kata NIH. 
ADVERTISEMENT
Ada alasan mengapa obat tersebut mengurangi peradangan, tetapi tidak berpengaruh atau bahkan dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, untuk pasien yang tidak membutuhkannya. Steroid sendiri sudah secara luas dan sudah umum digunakan untuk merawat pasien COVID-19 yang sakit parah.

Oksigen tambahan

Donald Trump sempat dikabarkan tidak membutuhkan oksigen tambahan di awal dirinya positif corona. Namun, dokter Gedung Putih Conley pada Minggu (4/10) mengatakan, bahwa Trump telah mendapatkan perawatan dengan oksigen tambahan karena mengalami penurunan kadar oksigen.
"Presiden mengalami demam tinggi dan saturasi oksigennya untuk sementara turun di bawah 94 persen,” kata Conley. Tingkat saturasi oksigen darah normal adalah 95 persen atau lebih tinggi.
Terapi oksigen adalah perawatan pemberian gas oksigen pada pasien yang mungkin mengalami kesulitan bernapas. Oksigen dapat disalurkan melalui selang yang diletakkan di hidung, masker wajah, atau selang yang ditempatkan di trakea atau batang tenggorokan.
Presiden AS Donald Trump mengenakan masker saat tur di Pusat Inovasi Bioteknologi Fujifilm Diosynth, di Morrisville, North Carolina, AS, (27/7). Foto: Carlos Barria/REUTERS

Obat-obatan lainnya

Conley mengatakan, bahwa ada beberapa obat dan suplemen pendukung lainnya yang dikonsumsi Donald Trump untuk pengobatan COVID-19. Obat-obatan tersebut ialah Zinc, Vitamin D, Melatonin, dan Aspirin.
ADVERTISEMENT
Zinc adalah nutrisi yang secara alami ditemukan dalam tubuh yang membantu sistem kekebalan melawan bakteri dan virus dari luar. Meskipun begitu, suplemen yang mengandung zinc sering dikonsumsi untuk mengurangi durasi pilek. Namun tidak ada bukti bahwa ia dapat digunakan untuk mengobati COVID-19.
Sementara vitamin D memiliki fungsi yang sama seperti Zinc, untuk menguatkan imun tubuh dan bagus untuk tulang. Vitamin D bisa didapat dari makanan, sinar matahari, dan suplemen. Namun, belum ada bukti kalau vitamin D dapat menyembuhkan COVID-19
Famotidine adalah obat yang sering digunakan untuk menyembuhkan maag, mulas dan gangguan pencernaan dengan mengurangi jumlah asam di lambung. Obat ini memang belum terbukti dapat bekerja melawan corona, namun sejumlah studi mengklaim famotidine punya potensi untuk penyembuhan pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ada juga Melatonin, suplemen yang biasa digunakan sebagai obat tidur, serta aspirin yang berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya serangan jantung. Aspirin juga bermanfaat dalam meredakan demam.