Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Para peneliti dari Universitas Lund, Swedia menemukan bagian DNA non-kode yang dapat menjelaskan alasan bahwa otak manusia dan simpanse bekerja secara berbeda-beda.
Untuk mencari jawaban, para peneliti mengambil sel punca (sel stem) – sel yang masih ‘polos’ dan belum memiliki fungsi apa pun. Sel ini ditanam di laboratorium dan diprogram ulang dari sel kulit oleh tim gabungan dari Jerman, Amerika Serikat, dan Jepang.
“Kemudian kami memeriksa sel stem yang telah kami kembangkan menjadi sel otak dan membandingkan kedua jenis sel tersebut,” jelas Johan Jakobsson, pemimpin studi dan profesor ilmu saraf di Universitas Lund.
Seperti dijelaskan sebelumnya, manusia dan simpanse menggunakan bagian dari DNA mereka dengan cara masing-masing alias berbeda. Dalam diri manusia, DNA cenderung memainkan peran penting dalam perkembangan otak manusia.
ADVERTISEMENT
Bagian terabaikan simpan banyak hal penting
Perbedaan DNA manusia dan simpanse ditunjukkan struktur bagian luar gen penyandi protein dalam 'DNA sampah' yang dianggap tidak berfungsi, menurut laporan Science Daily.
Temuan ini menunjukkan evolusi manusia adalah mekanisme genetik yang mungkin jauh lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya.
"Hasil kami menunjukkan bahwa, apa yang telah signifikan untuk perkembangan otak malah mungkin tersembunyi di 98 persen yang terabaikan, yang tampaknya penting. Ini adalah temuan yang mengejutkan,” jelas Jakobsson.
Teknik yang digunakan oleh para peneliti di Lund ini diakui dalam ajang penganugerahan Nobel 2012 dalam ilmu Fisiologi atau Kedokteran. Teknik ini ditemukan oleh peneliti dari Jepang Shinya Yamanaka.
Shinya menemukan bahwa bahwa sel-sel khusus dapat diprogram ulang dan dikembangkan menjadi semua jenis jaringan tubuh – dalam kasus peneliti Lund, ke dalam sel-sel otak.
ADVERTISEMENT
Tanpa metode ini, mereka tidak mungkin mempelajari perbedaan manusia dan simpanse. Metode yang digagas Shinya diakui dan cukup diterima oleh banyak pihak dalam sudut pandang etis.