Repot, Begini Cara Astronaut BAB dan Kencing di Luar Angkasa

11 April 2021 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi astronaut. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi astronaut. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Panggilan alam untuk buang air besar (BAB) dan kencing sangat mudah dilakukan di Bumi. Namun, ketika kamu menjadi astronaut di luar angkasa, urusan buang hajat bakal jadi aktivitas yang merepotkan.
ADVERTISEMENT
Faktanya, cara manusia buang air besar dan kencing di luar angkasa baru dipikirkan para ahli antariksa belakangan, setelah mereka sukses mengorbitkan astronaut. Sebelumnya, para astronaut awal pergi ke luar Bumi tanpa memiliki toilet sama sekali.
Contohnya adalah Alan Shepard, astronaut AS yang menjalankan misi singkat di luar angkasa pada 5 Mei 1961. Misinya itu direncanakan cuma berlangsung 15 menit saja.
Meski demikian, peluncuran Sephard ke luar angkasa mesti tertunda selama 4 jam karena masalah teknis. Selama penundaan itu, Shepard yang sudah berada di dalam pesawat antariksa merasa kandung kemih-nya penuh dan meminta saran kepada pusat kontrol di Bumi soal apa yang mesti dia lakukan.
Karena Shepard tidak mungkin keluar lagi dari pesawat antariksa yang mau meluncur, pusat kontrol kemudian meminta dia untuk tetap duduk di kursinya dan kencing di celana. Ia kemudian dikenal bukan hanya karena menjadi warga Amerika Serikat pertama yang pergi ke luar angkasa, tetapi juga insiden unik pipis di celana selama momen bersejarah itu berlangsung.
ADVERTISEMENT
“Tentunya dengan pakaian dalam yang berbahan katun yang kami pakai, (kencing) langsung meresap,” ujar Shepard belakangan. "Saya benar-benar kering saat kami meluncur."
Alan Shepard pada uji coba penerbangan Mercury, 29 April 1961. Ia merupakan warga Amerika Serikat pertama yang pergi ke luar angkasa pada 5 Mei 1961, sekaligus orang kedua yang melakukan itu setelah Yuri Gagarin mendahuluinya pada April 1961. Foto: NASA via Wikimedia Commons
Kasus Shepard membuka kesadaran bahwa urusan BAB dan kencing enggak bisa ditunda-tunda. Pada tahun 1960-an, astronaut dibekali dengan kantung kencing berbentuk seperti kondom untuk buang air kecil. Sedangkan untuk BAB, mereka memakai kantung kotoran yang lebih besar yang mesti ditempelkan ke pantat.
Dalam beberapa kasus, kantung kotoran astronaut enggak dibawa lagi ke Bumi. Menurut laporan The Atlantic, misalnya, ada 96 kantung kotoran manusia di Bulan dari misi Apollo yang dijalankan NASA.
"Kami melakukannya," kata Charlie Duke, astronaut NASA untuk misi Apollo 16, kepada Vox. “Kami meninggalkan urin yang dikumpulkan di tangki dan saya yakin kami buang air besar beberapa kali, tapi saya tidak yakin itu ada di kantong sampah. Kami memiliki beberapa kantong sampah yang kami buang di permukaan bulan."
ADVERTISEMENT
Para ahli antariksa menjelaskan, keputusan astronaut membuang kotoran mereka ke Bulan adalah untuk meringankan beban bawaan. Misi ke Bulan sangat presisi, dan kelebihan beban akan membuat rencana berantakan. Jadi, seiring para astronaut membawa bebatuan Bulan ke dalam pesawat, mereka harus mengimbanginya dengan membuang barang yang tidak diperlukan.
Toilet di luar angkasa kemudian semakin sederhana seiring waktu. Para astronaut dibekali pampers untuk kencing selama space walk. NASA lalu mengembangkan toilet tetap di dinding stasiun antariksa Skylab pada 1973. Toilet itu punya fitur vacuum untuk menyedot kotoran dan menyimpannya di kantung yang ada di dalam lubang.
Di masa modern seperti sekarang, teknologi vacuum itu tetap dipakai di toilet-toilet luar angkasa. Pada 2020, astronaut NASA Chris Cassidy sempat memamerkan rupa toilet yang ia pakai di International Space Station (ISS).
ADVERTISEMENT
Dalam video tersebut, toilet yang dipakai astronaut tampak kecil. Peralatannya terdiri dari sebuah selang untuk kencing dan sebuah kloset duduk untuk BAB. Keduanya punya teknologi vacuum yang dapat menyedot kotoran agar tidak berceceran keluar akibat gravitasi nol.
Kontainer di kloset duduk itu bisa menampung 30 kantung kotoran, sebelum mesti diisi ulang. Adapun ukuran klosetnya cuma 5-6 inci, sehingga astronaut perlu presisi membidik lubang dengan pantat mereka.
Meski sederhana, sistem toilet ini menghabiskan dana hingga 23 juta dolar AS, menurut laporan CNET.
Cassidy juga menjelaskan pengalamannya kebelet BAB dan kencing di luar angkasa. Kata dia, sensasi panggilan alam untuk buang hajat di sana dan di Bumi enggak ada bedanya.
"Keinginan untuk pergi (ke toilet) sangat mirip seperti di Bumi. Kamu hanya tahu kamu harus pergi. Rasanya enggak berbeda," kata dia.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah video berbeda di tahun 2019, astronaut NASA Andrew Morgan menjelaskan sistem pengolahan kotoran di ISS. Dalam video yang diposting di Facebook tersebut, ia menyebut bahwa air kencing yang ada di ISS akan didaur ulang untuk dipakai minum.
"Kopi kemarin menjadi kopi hari ini!" tulis NASA JSC Education dalam caption yang meyertai video tersebut.
Nah, untuk feses, nasibnya agak berbeda. Beberapa kotoran astronot akan dibawa kembali ke Bumi untuk dipelajari oleh para ilmuwan. Namun, umumnya limbah BAB akan dibakar.
Tentunya, pembakaran feses tidak dilakukan di stasiun luar angkasa karena dapat menimbulkan bahaya. Kotoran para astronaut akan dikumpulkan dulu ke dalam wadah kedap udara. Kontainer kedap udara kemudian bakal dimuat ke dalam kapal kargo yang membawa pasokan ke stasiun luar angkasa. Kapal ini lalu diluncurkan ke Bumi sebelum akhirnya terbakar di atmosfer.
ADVERTISEMENT
Jadi, kalau kamu pernah melihat bintang jatuh, mungkin itu adalah meteorit yang terbakar di atmosfer bumi--atau mungkin saja kontainer berisi kotoran astronot dari luar angkasa.