Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Aktivitas pembukaan lahan masih terus dilakukan demi memenuhi peningkatan kebutuhan hidup manusia di Bumi. Jika hal itu terus dilakukan, peneliti memperkirakan, setidaknya 90 persen mamalia darat akan kehilangan habitatnya pada tahun 2050.
ADVERTISEMENT
Peneliti menyebut bahwa manusia setidaknya membutuhkan dua hingga 10 juta kilometer persegi lahan terbuka baru untuk memenuhi kebutuhan makanan untuk 30 tahun ke depan. Semuanya harus mengorbankan lahan habitat hewan yang masih ada.
David Williams dan peneliti lainnya dari University of Leeds, Inggris, mengembangkan penelitian ini menggunakan pemodelan perluasan lahan pertanian. Hasilnya, hal ini akan berdampak pada habitat alami 20.000 mamalia darat, amfibi dan juga burung.
Mereka berhasil mengidentifikasi lebih dari 17.000 spesies yang akan kehilangan sebagian habitatnya pada tahun 2050. Di antaranya, ada lebih dari 1.250 spesies kehilangan 25 persen habitat dan kira-kira 350 spesies diproyeksi akan kehilangan lebih dari setengahnya.
Salah satu lahan yang terkena dampak paling parah adalah Sahara Afrika dan hutan hujan Atlantik di Brasil. Namun, kerugian tetap akan terjadi di semua benua.
ADVERTISEMENT
“Kami perlu menghasilkan makanan dalam jumlah besar selama beberapa dekade mendatang,” kata Williams.
Faktor yang paling memengaruhi pembukaan lahan besar-besaran adalah bertambahnya populasi manusia. Banyak dari mereka yang menjadi lebih kaya dan makan makanan yang lebih mahal, seperti daging dan susu.
Williams menambahkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia perlu memberikan banyak asupan kalori untuk sapi. Artinya, dibutuhkan banyak lahan besar untuk menanam pakan ternak serta untuk tanaman pangan.
Para peneliti juga memprediksi masa depan alternatif dan menemukan bahwa hampir semua fenomena hilangnya habitat hewan dapat dihindari jika kita mengubah kebiasaan makan kita. Misalnya dengan mengurangi limbah makanan dan beralih ke pola makan nabati, terutama di negara yang lebih maju secara ekonomi.
ADVERTISEMENT
Pertanian juga sebaiknya tidak dilakukan dari negara-negara di mana keanekaragaman hayati kemungkinan besar akan sangat terpengaruh. Peneliti lain, Michael Clark di Oxford University, mengatakan bahwa hal ini untuk melindungi spesies yang kurang toleran terhadap produksi pangan.
Mengubah kebiasaan makan dan mengurangi limbah makanan tidak hanya akan mendukung keanekaragaman hayati, tetapi juga akan memerangi perubahan iklim dan meningkatkan kesehatan masyarakat.