Riset Buktikan Pengemudi Mobil Mewah Cenderung Arogan di Jalan

Apakah kamu pernah melihat pengendara mobil mewah ugal-ugalan di jalan, seperti menyerobot lampu merah dan tindakan lain yang bisa membahayakan orang lain di jalanan? Tapi, mungkin kamu pernah penasaran, kenapa mereka semua sama-sama menggunakan mobil mewah, misal Fortuner, Pajero, atau BMW.
Kalau memang kamu pernah menyaksikannya langsung di jalan, berarti kamu satu dari sekian banyak orang yang mendapat pengalaman yang sama. Jika testimoni dan klip viral di sosial media terkesan hanya stereotip, sekarang fenomena ini sudah ada penelitian psikologi yang membuktikan bahwa pengemudi mobil mewah cenderung arogan di atas aspal.
Sebuah penelitian psikologi yang diterbitkan di jurnal PNAS pada 2012 mengungkapkan bahwa individu kelas atas (upper-class) memiliki kecenderungan lebih untuk berbuat sesuatu yang tidak etis dibanding individu kelas bawah (lower-class). Ada beberapa studi yang dijalankan paralel di penelitian ini, salah satunya adalah bagaimana individu kelas atas tersebut berperilaku di atas mobil.
Diamati bahwa pengendara dengan mobil mewah cenderung memotong antrean sebelum persimpangan, ketimbang menunggu gilirannya. Selain itu, hasil riset juga menyebut pengemudi kalangan kelas atas ini cenderung memotong jalan pejalan kaki yang mencoba menyeberang persimpangan.

Di penelitian yang berbeda, Jan-Erik Lönnqvist, Profesor Psikologi Universitas Helsinki, mengamati bahwa pengemudi mobil mewah cenderung egois, mengabaikan hak pejalan kaki, dan lebih mungkin untuk melanggar peraturan lalu lintas.
“Saya sudah memperhatikan bahwa siapa yang melewati lampu merah, tidak memberi jalan kepada pejalan kaki dan berkendara dengan ceroboh dan sangat cepat adalah yang mengemudikan mobil mewah Jerman.”
- Jan-Erik Lönnqvist, Profesor Psikologi Universitas Helsinki via Study Finds.
Studi yang dilakukan Lönnqvist menyurvei hampir 2000 pemilik mobil di Finlandia. Pemilik mobil tersebut ditanya mulai dari merk mobil, kebiasaan mengemudi dan total kekayaan. Kemudian studi dilanjutkan dengan penilaian kepribadian menggunakan five-factor model.
Five-factor model ini menggunakan lima kategori sifat kepribadian, yaitu keterbukaan, kecenderungan kepada emosi negative (neuroticism), kesadaran, keramahan, dan ekstraversi.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa individu yang mengemudi secara agresif, arogan, dan sering melanggar aturan lalu lintas sering berasal dari kalangan dengan mobil mewah.
Perilaku ini dijelaskan dengan kepemilikan mobil mewah sebagai status sosial yang tinggi. Hal ini secara langsung berkaitan dengan kepribadian egois dan sentris, khususnya di kalangan pria.
Profesor Lönnqvist berkata bahwa kecenderungan ini tidak terlalu menonjol di antara pemilik mobil mewah kalangan wanita. Dia berasumsi bahwa wanita tidak terlalu melihat mobil sebagai simbol status.