Riset: Orang dengan Golongan Darah A Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona

18 Maret 2020 8:36 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi corona. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi corona. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sebuah studi terbaru mengungkap perihal kemungkinan orang dengan tipe golongan darah A lebih rentan terinfeksi virus corona SARS-CoV-2. Sedangkan mereka dengan tipe golongan darah O disebut lebih resisten terhadap virus corona.
ADVERTISEMENT
Penelitian tersebut melibatkan para ilmuwan dan dokter dari kota-kota di seluruh China, termasuk Beijing, Wuhan, Shanghai, dan Shenzhen.
Riset bermula saat periset di China mengumpulkan pola golongan darah pada lebih dari 2.000 pasien yang terinfeksi virus di Wuhan dan Shenzhen. Peneliti lalu membandingkannya dengan populasi orang sehat di kedua wilayah tersebut.
Dari sana, peneliti menemukan bahwa pasien dengan golongan darah A menunjukkan tingkat infeksi yang lebih tinggi. Tak cukup sampai di situ, mereka pun cenderung mengalami gejala klinis yang lebih parah.
Ilustrasi virus corona. Foto: NEXU Science Communication/via REUTERS
Namun, peneliti menekankan bahwa riset mereka masih sangat prematur sehingga dibutuhkan penelitian-penelitian lanjutan lainnya, seperti dilansir South China Morning Post.
Dengan hasil riset tersebut, peneliti mendesak pemerintah dan fasilitas medis untuk turut mempertimbangkan perbedaan golongan darah ketika merencanakan langkah mitigasi atau perawatan pada pasien yang terjangkit virus corona.
ADVERTISEMENT
"Orang-orang dengan golongan darah A mungkin perlu secara khusus memperkuat perlindungan pribadi untuk mengurangi kemungkinan infeksi," tulis para peneliti yang dipimpin oleh Wang Xinghuan bersama Pusat Pengobatan Berbasis Bukti dan Terjemahan di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas Wuhan.
“Pasien yang terinfeksi Sars-CoV-2 dengan golongan darah A mungkin perlu menerima pengawasan yang lebih ketat dan perawatan yang agresif,” tulis Wang.
Sebaliknya, menurut riset yang dipublikasikan Medrxiv.org pada 11 Maret itu, golongan darah O memiliki risiko yang secara signifikan lebih rendah terhadap penyakit menular COVID-19 dibandingkan golongan darah non-O.
Dari 206 pasien yang meninggal akibat COVID-19 di Wuhan, 85 memiliki golongan darah A, yang artinya 63 persen lebih banyak dibandingkan 52 orang dengan tipe golongan darah O. Pola seperti ini ditemukan pada kelompok usia dan jenis kelamin yang berbeda.
ADVERTISEMENT
“Mungkin bermanfaat untuk memperkenalkan golongan darah ABO pada pasien dan tenaga medis sebagai bagian rutin dari manajemen SARS-CoV-2 dan infeksi virus corona lainnya, untuk membantu menentukan opsi manajemen dan menilai tingkat paparan risiko orang yang terinfeksi,” imbuh Wang.
Gao Yingdai, seorang peneliti dari Laboratorium Kunci Negara Hematologi Eksperimental di Tianjin yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan riset itu dapat ditingkatkan dengan ukuran sampel yang lebih besar. Meskipun 2.000 tidak kecil, namun jika dibandingkan dengan jumlah total pasien terinfeksi virus corona, yang saat ini telah melebihi 180.000 secara global, angka 2.000 menjadi sangat kecil.
Gao menilai keterbatasan lain dari penelitian ini terletak pada minimnya penjelasan tentang fenomena tersebut, seperti interaksi molekuler antara virus dan berbagai jenis sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh apa yang disebut antigen, sebuah zat yang terdapat pada permukaan sel darah merah yang dapat memicu respons imun.
ADVERTISEMENT

Tentang golongan darah

Ahli biologi Austria, Karl Landsteiner, menemukan golongan darah pada tahun 1901, menamakannya tipe A, B, AB dan O. Penemuan ini memungkinkan transfusi darah yang aman dengan mencocokkan golongan darah pada pasien.
Golongan darah bervariasi dalam suatu populasi. Di Amerika Serikat, sekitar 44 persen populasi adalah tipe O, sementara sekitar 41 persen adalah tipe A. Di Wuhan, yang memiliki populasi sekitar 11 juta, ada 32 persen penduduknya bergolongan darah O, sedangkan A ada 34 persen di antara orang sehat. Di antara pasien COVID-19, masing-masing sekitar 38 dan 25 persen.
Ilustrasi golongan darah. Foto: Pixabay
Para ilmuwan masih tidak yakin bagaimana golongan darah yang berbeda berevolusi, meskipun satu teori mengatakan bahwa mereka adalah ingatan genetik. Yang lain berpendapat bahwa faktor lingkungan seperti ketinggian, suhu atau kelembaban mungkin memainkan peran untuk mendukung peningkatan populasi golongan darah tertentu.
ADVERTISEMENT
Perbedaan golongan darah telah diamati pada penyakit menular lainnya termasuk virus Norwalk, hepatitis B, dan sindrom pernapasan akut (SARS), dalam penelitian sebelumnya.
Gao mengatakan studi baru yang dilakukan peneliti tersebut mungkin bisa membantu para profesional medis, tetapi warga negara biasa tidak harus menganggap statistik terlalu serius.
“Jika kamu tipe A, tidak perlu panik. Itu tidak berarti Anda akan terinfeksi 100 persen,” katanya.
“Jika kamu tipe O, itu tidak berarti kamu juga benar-benar aman. Anda masih perlu mencuci tangan dan mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh pihak berwenang," imbuh Gao.