Riset Terbaru Sebut Jarak Aman Physical Distancing Virus Corona Bukan 1 Meter

3 April 2020 6:35 WIB
comment
27
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika memberikan imbauan social distancing dan physical distancing, Organisasi Kesehatan Dunia alias WHO menyarankan agar orang saling menjaga jarak 3 kaki atau 1 meter agar tidak tertular virus corona COVID-19. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa saran tersebut bisa jadi keliru.
ADVERTISEMENT
Profesor MIT bernama Lydia Bourouiba, yang telah meneliti dinamika batuk dan bersin selama bertahun-tahun, memperingatkan dalam penelitian terbarunya bahwa pedoman WHO saat ini didasarkan pada model-model lama dari tahun 1930-an. Alih-alih 1 meter, Bourouiba memperingatkan dalam penelitiannya bahwa tetesan air liur yang mengandung patogen dari semua ukuran dapat menempuh jarak 23 hingga 27 kaki, atau sekitar 7 hingga 8 meter.
Penelitiannya tersebut telah diterbitkan di Journal of American Medical Association pada 26 Maret 2020. Dalam riset tersebut, Bourouiba juga memperingatkan bahwa air liur atau droplet dapat berada di udara dalam waktu berjam-jam.
Ilustrasi penumpang pria batuk saat di pesawat Foto: Shutter Stock
“Sebuah laporan tahun 2020 dari Cina menunjukkan bahwa partikel virus coronavirus (SARS-CoV-2) dapat ditemukan dalam sistem ventilasi di kamar rumah sakit pasien dengan COVID-19,” jelas Bourouiba, dalam penelitiannya.
ADVERTISEMENT
“Penemuan partikel virus dalam sistem ini lebih konsisten dengan hipotesis penyebaran penyakit melalui awan gas turbulen ketimbang model dikotomi, karena menjelaskan bagaimana partikel virus dapat melakukan perjalanan jarak jauh dari pasien. Apakah data ini memiliki implikasi klinis sehubungan dengan COVID-19 belum diketahui,” sambungnya.
Bourouiba khawatir bahwa pedoman jarak aman yang digunakan saat ini terlampau disederhanakan. Menurutnya, pedoman jarak aman sejak tahun 1930-an itu kurang efektif dalam menjaga orang terpapar virus corona.
Dia juga mengatakan bahwa saat ini petugas medis kurang dihargai saat merawat pasien, meski potensi mereka terpapar sangat besar. Dia menganjurkan agar lembaga yang berwenang dapat menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi petugas medis yang bekerja langsung menghadapi pasien.
Ilustrasi virus corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
Dengan model embusan awan turbulen yang dinamis, rekomendasi untuk pemisahan antara 3 hingga 6 kaki (1-2 m) dapat meremehkan jarak, skala waktu, dan kegigihan di mana awan dan perjalanan muatan patogennya, sehingga menghasilkan rentang paparan potensial bagi petugas medis.
ADVERTISEMENT
“Untuk alasan ini dan lainnya, memakai peralatan perlindungan pribadi yang tepat sangat penting bagi petugas kesehatan yang merawat pasien yang mungkin terinfeksi, bahkan jika mereka berada lebih jauh dari 6 kaki jauhnya dari pasien,” jelas Bourouiba.
WHO sendiri menyambut baik penemuan dari Bourouiba ini. Mereka telah memberikan tanggapan terkait temuan tersebut.
"WHO dengan hati-hati memonitor bukti yang muncul tentang topik kritis ini dan akan memperbarui brief ilmiah ini ketika lebih banyak informasi tersedia," kata WHO, dikutip dari USA Today.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!