Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Sains di Balik Asap Putih dan Hitam saat Konklaf Pemilihan Paus Baru
10 Mei 2025 10:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pemilihan Paus merupakan peristiwa geopolitik besar. Paus akan menjadi pemimpin Gereja Katolik yang mewakili dan memengaruhi 1,4 miliar umat Katolik Roma di seluruh dunia. Pemilih Paus berlangsung dalam sebuah konklaf, di mana para kardinal yang terpilih dikurung di Kapel Sistina untuk memilih Paus baru.
Sejak 1800-an, sinyal asap digunakan sebagai komunikasi hasil pemungutan suara. Asap dihasilkan dengan membakar surat suara, dan awalnya hanya digunakan sebagai petanda jika tidak ada Paus yang terpilih.
Baru pada konklaf 1914 yang memilih Benediktus XV, warna asap yang berbeda digunakan untuk pertama kalinya. Dulu, ada tiga warna asap yang digunakan, sebelumnya akhirnya menjadi dua.
Asap putih (fumata bianca) adalah tanda yang paling penting. Surat saura dibakar dengan tiga zat untuk membuat warna asap putih. Salah satunya adalah kalium klorat yang biasanya digunakan dalam obat kumur dan kembang api.
Lalu ada loktasa, jenis gula yang ditemukan dalam susu. Terakhir, ada rosin (juga dikenal sebagai kolofoni), resin berasal dari pohon pinus dan konifer. Begitu asap putih muncul, lonceng akan berbunyi di gereja Kristen Katolik di seluruh dunia. Protodeacon dari Dewan Kardinal akan tampil di depan umum dan berkata:
ADVERTISEMENT
“Annuntio vobis gaudium magnum; habemus Papam!”, yang artinya “Saya umumkan kepada Anda sukacita yang besar, kita memiliki seorang Paus!”.
Sebelum kegembiraan itu muncul, asap hitam (fumata nera) muncul terlebih dahulu. Setiap pemungutan suara di mana tidak ada kandidat yang memperoleh lebih dari dua pertiga suara, maka tidak akan ada Paus yang terpilih. Dalam kasus tersebut, surat suara dibakar dengan tiga bahan kimia berbeda, satu adalah kalium perklorat, kemudian ada antresena, dan sulfur.
Dulu ada juga asap kuning (fumata gialla). Asap ini digunakan untuk menguji tungku dan cerobong yang digunakan untuk membakar surat suara. Namun, sejak 2005, tungku tradisional yang telah digunakan sejak 1939 sudah disambung ke tungku modern yang membakar asap berwarna-warni, sehingga tidak ada keraguan lagi warna asap yang muncul di cerobong.
ADVERTISEMENT