Sampai Kapan Kondisi Panas Jakarta Terus Berlanjut?

22 Oktober 2019 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suhu Jakarta Selasa (22/10) siang, menurut aplikasi Weather di iPhone. Foto: Sayid Mulki/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suhu Jakarta Selasa (22/10) siang, menurut aplikasi Weather di iPhone. Foto: Sayid Mulki/kumparan
ADVERTISEMENT
Di hari-hari terakhir Oktober, Jakarta mencatatkan suhu udara yang cukup panas. Aplikasi Weather di iPhone menunjukkan bahwa cuaca di Jakarta pada Selasa (22/10) siang pukul 13.00 WIB mencapai 38 derajat Celcius.
ADVERTISEMENT
Sedangkan beberapa situs penyedia prakiraan cuaca, seperti The Weather Channel dan AccuWeather, menulis bahwa suhu di Jakarta pada Selasa (22/10) siang pukul 13.00 WIB berada di antara 35 sampai 36 derajat Celcius.
Suhu Jakarta Selasa (22/10), menurut situs AccuWeather. Foto: Sayid Mulki/kumparan
Adapun situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menuliskan suhu di DKI Jakarta pada Selasa (22/10) berada di antara 25 sampai 35 derajat Celcius dengan kelembaban antara 45 sampai 80 persen. BMKG juga memberi peringatan dini atas potensi angin kencang di wilayah Jakarta Utara.
Suhu Jakarta Selasa (22/10), menurut situs penyedia prakiraan cuaca. Foto: Sayid Mulki/kumparan
Sehari sebelumnya, Senin (21/10) Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra, menyebut bahwa panas ini terjadi di Pulau Jawa, Bali, hingga daerah Nusa Tenggara. Ini terjadi karena radiasi dari Matahari sedang cukup tinggi ditambah dengan tutupan awan di daerah-daerah tersebut yang sedang minimal.
ADVERTISEMENT
Agie menjelaskan bahwa pada 23 September lalu, Matahari melintasi Khatulistiwa. Akibatnya, sekarang posisi Matahari masih di sekitar Pulau Jawa atau sebelah selatan garis Khatulistiwa dan membuat radiasi Matahari cukup intens. Selain itu, kondisi kurangnya hujan juga turut berpengaruh pada hal ini.
"Radiasi yang cukup intens ditambah dengan kondisi uap air yang masih sangat minim di pulau Jawa. Uap air yang minim akibat kurangnya hujan mengakibatkan pemanasan ke permukaan itu tinggi. Sehingga, Bumi menerima energi pemanasan Matahari cukup intens," ujar Agie kepada kumparanSAINS.
Mulyono R. Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menyebut bahwa beberapa stasiun pengamatan BMKG sempat mencatat suhu udara maksimum dapat mencapai 37 derajat Celcius sejak tanggal 19 Oktober lalu.
ADVERTISEMENT
"Dalam waktu sekitar satu minggu kedepan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia mengingat posisi semu Matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya," papar Mulyono dalam siaran pers yang kumparan terima.
Agie menerangkan bahwa kondisi panas ini juga berkaitan dengan angin kencang yang terjadi sekarang. Panasnya radiasi Matahari kemudian berpotensi mengakibatkan tekanan tinggi di beberapa daerah yang membuat angin besar.
"Bumi menerima panas beda-beda. Daerah yang menerima panas yang lebih tinggi nanti tekanannya akan lebih tinggi. Kalau gradien tekanan atau perbedaan tekanan cukup besar, bisa ekstrem anginnya," ungkapnya.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, fenomena angin kencang yang melanda sejumlah daerah di Indonesia, merupakan tanda-tanda peralihan musim, dari musim kemarau menuju musim penghujan, atau dikenal sebagai masa pancaroba.
ADVERTISEMENT
"Ciri-ciri angin kencang pada masa pancaroba umumnya bergerak dengan kecepatan maksimal hingga 45 kilometer per jam atau lebih, dengan sifat hempasan bergerak secara horizontal dengan durasi panjang dan bisa menimbulkan dampak kerusakan. Dan musim pancaroba ini bisa berlangsung hingga lebih dari sepekan," kata Agus, dilansir Antara, Senin (21/10).
Agie memprediksi bahwa kondisi ini akan berlangsung selama kurang lebih seminggu. Menurutnya, awal November nanti, hujan akan mulai turun dan menandakan mulainya musim penghujan.