Sapi Perah Tak Boleh Stres Agar Hasilkan Susu Berkualitas, Benarkah?

24 November 2018 14:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sapi Perah (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Sapi Perah (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Susu punya banyak manfaat untuk seluruh anggota keluarga. Misalnya saja kaya akan kalsium yang baik untuk kesehatan tulang.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar produk susu yang tersedia di pasaran berasal dari susu sapi perah. Mulai dari susu skim, susu UHT, susu rendah lemak, yoghurt, hingga berbagai jenis keju. Semua telah melalui berbagai proses pengolahan sehingga siap dikonsumsi.
Agar sapi perah menghasilkan susu berkualitas dalam jumlah optimal, nutrisi mereka harus terpenuhi. Sapi juga harus terhindar dari stres. Sebab, susu dengan kualitas terbaik datang dari sapi yang bahagia.
Petugas membersihkan puting sapi di peternakan Greenfields. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas membersihkan puting sapi di peternakan Greenfields. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Hal itu dipaparkan oleh drh Hani Yudayan, Farm 1 Manager PT Greenfields Indonesia. Sambil mengajak kumparan berkeliling peternakan Greenfields di Desa Babadan, Malang, ia menjelaskan bagaimana perawatan 8785 ekor sapi yang tinggal di sana.
Peternakan tersebut berada di lereng Gunung Kawi, ketinggiannya sekitar 1200 mdpl. Luasnya mencapai 60 hektare. Lokasi itu dipilih karena sapi perah Holstein yang diternakkan di sana berasal dari negara subtropis. Mereka butuh suhu dingin untuk hidup dengan nyaman.
Sapi bersantai di kandang freestall barn di peternakan Greenfields. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sapi bersantai di kandang freestall barn di peternakan Greenfields. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
“Meski berada di pegunungan, suhu ini kurang dingin buat sapi-sapi itu. Kandang mereka diberi atap untuk menghalangi panas. Agar lebih sejuk lagi, kandang mereka juga diberi kipas angin. Sirkulasi udaranya jadi lebih cepat, sehingga udara segar selalu masuk ke dalam kandang,” jelas drh Hani, pada Jumat (23/11).
ADVERTISEMENT
Ya, begitu memasuki area kandang, udara memang terasa lebih sejuk berkat kipas-kipas raksasa yang terpasang di ujung dan tengah kandang. Kipas angin itu beroperasi nonstop 24 jam.
Anak-anak sapi perah. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak sapi perah. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Kandang sapi di peternakan Greenfields menggunakan sistem freestall barn, yang memungkinkan sapi bebas untuk makan, minum, dan tidur di area kandang. Mereka bahkan bisa berbaring di atas “kasur” yang diganti tiga kali sehari agar sapi-sapi bisa tidur dengan nyaman. Kasur sapi terbuat dari timbunan pasir.
“Sapi kami enggak dikekang, mereka bebas di dalam kandang. Mereka akan happy kalau tidur dengan nyaman, yakni dengan lay down atau berbaring sehingga di kandang ada “kasurnya”. Kasur yang baik untuk sapi harus anorganik, agar tidak ada bakteri tumbuh di sana,” tambah drh Hani.
Sapi-sapi perah bebas beraktivitas di peternakan Greenfields. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sapi-sapi perah bebas beraktivitas di peternakan Greenfields. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
kumparan menyaksikan bagaimana sapi-sapi perah itu dibiarkan bebas beraktivitas. Tak ada penggembala yang mencambuk sapi. Kami bahkan diperingatkan untuk tidak berteriak di area kandang agar tidak mengagetkan para sapi. Semua dilakukan untuk memastikan sapi-sapi itu tidak stres.
ADVERTISEMENT
Menariknya, sapi-sapi itu memang tampak “bahagia”. Mereka tak perlu diarahkan petugas ke tempat pemerahan susu. Mereka berjalan sendiri ke area parlor seakan sukarela untuk susunya diperah. Tekanan dari alat pemerah pun dipastikan tidak menyakiti sapi.
Rata-rata sapi perah di peternakan Greenfields menghasilkan 31,5 liter susu per hari. Makanan sapi-sapi di sana juga dipastikan selalu segar, sehingga diganti 3 kali dalam sehari. Makanannya merupakan campuran dari rumput alfalfa, jagung, kedelai, susu kedelai, dan vitamin.
Area pemerahan susu di peternakan Greenfields. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Area pemerahan susu di peternakan Greenfields. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Rumput alfalfa sendiri diimpor dari Amerika Serikat tiap 3 bulan sekali. Rumput ini dipilih karena mengandung banyak serat, tinggi protein, dan cocok untuk sapi Holstein.
“Yang kami impor adalah bahan makanan yang dibutuhkan sapi, tapi enggak ada di Indonesia. Misalnya alfalfa, rumput ini mengandung serat dan tinggi protein, susah ditemukan yang begini di Indonesia. Mau enggak mau kami harus impor demi animal welfare,” jelas drh Hani.
ADVERTISEMENT
Anak-anak sapi juga diusahakan kesehatan dan kesejahterahannya di peternakan tersebut. Misalnya sebelum berusia 40 hari, tiap anak sapi diberi ruangan masing-masing agar makannya tidak berkompetisi dengan anak sapi lain. Mereka diberi nutrisi yang cukup bahkan diberi susu yang telah dipasteurisasi.