Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Selain Palu, Beberapa Wilayah Indonesia Ini Rentan Alami Likuifaksi
3 Oktober 2018 13:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Sedih dan pilu. Itulah yang kita rasakan melihat dampak fenomena likuifaksi yang terjadi akibat gempa di Palu.
ADVERTISEMENT
Likuifaksi terjadi karena keadaan tanah yang tidak padat dan merupakan tanah gembur. Akibat guncangan gempa, air yang berada di dalam tanah pun naik dan bercampur dengan tanah sehingga kemudian berubah menjadi seperti lumpur. Di sini terjadi perubahan sifat material pada tanah, dari padat atau solid menjadi seperti cairan dalam bentuk lumpur.
Petobo, merupakan sebuah kelurahan di Palu, Sulawesi Tengah, yang jadi salah satu daerah dengan dampak paling parah akibat gempa Bumi. Tercatat setidaknya 744 rumah di area ini yang tenggelam tertelan lumpur.
Likuifaksi bukan cuma mengancam Palu. Ketika gempa dahsyat melanda Yogyakarta pada 2006 di sana juga terjadi likuifaksi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adrin Tohari, peneliti bidang Geoteknik LIPI, ada beberapa wilayah yang juga memiliki potensi mengalami likuifaksi.
ADVERTISEMENT
"Ada beberapa wilayah di kota Banda Aceh (yang) tinggi potensi likuifaksinya. Di kota Padang juga ada yang potensinya sangat tinggi sampai sangat rendah," papar Adrin pada kumparanSAINS, Selasa (2/10).
Ia menambahkan bahwa semakin mendekati pantai maka potensi terjadinya fenomena itu semakin tinggi. Selain itu, Adrin juga menyebut Bengkulu, Bantul, dan juga Cilacap sebagai daerah yang harus waspada ancaman likuifaksi.
Menurut Adrin, sejumlah langkah rekayasa sebenarnya bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya fenomena likuifaksi yang mematikan.
"Hal ini (mencegah likuifaksi) dilakukan dengan menginjeksi tanah gembur dengan semen. Itu membuat partikel pasir akan saling mengikat dan berubah menjadi padat," tuturnya.
Untuk melakukan hal ini membutuhkan biaya yang sangat besar, karena biasanya lapisan tanah yang berpotensi mengalami likuifaksi, ketebalannya mencapai puluhan meter. Itu berarti, dibutuhkan dana besar guna menutupu tanah tersebut dengan semen.
Di Palu, dampak dari likuifaksi yang menghancurkan infrastruktur, membuat proses evakuasi para korban jadi lebih sulit karena posisi rumah bisa jadi tertelan oleh lumpur.
ADVERTISEMENT
"Fenomena likuifaksi juga harus dipertimbangkan ancaman dan kaitannya pada proses (penyelamatan) gawat darurat," imbuhnya.
Berdasarkan pantauan kumparan di lokasi pada Selasa (2/10), tanah yang dulu kokoh ditempati rumah warga, kini berubah menjadi lumpur dan menelan seluruh bangunan di Petobo. Termasuk kendaraan yang sudah tak lagi utuh. Saat ini lumpur sudah mengering, menimbun rumah warga, mobil, hingga merobohkan tiang listrik.