Serangga Kecil Banyak Ditakuti Ini Jadi Hewan yang Selamat dari Perang Nuklir

27 Januari 2021 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kecoak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kecoak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Selama perang dingin terjadi, sebagian besar orang-orang mungkin akan banyak diam di tempat persembunyian, menghindari bom nuklir yang bisa meledak kapan saja. Dan saat nuklir benar-benar meledak, dampaknya akan sangat luar biasa. Memengaruhi semua aspek kehidupan, manusia, hewan, dan tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Tapi pernahkah kamu berpikir, makhluk apa yang paling berisiko selamat dari ledakan itu? Bukan manusia, melainkan serangga kecil yang banyak ditakuti orang. Ia menyandang reputasi sebagai hewan paling mungkin bertahan hidup dalam ledakan nuklir.
Ya, dia adalah kecoak. Kecoak memang punya reputasi sebagai hewan tangguh, mereka adalah salah satu dari sedikit makhluk yang bisa bertahan hidup tanpa kepala.
Bagi kebanyakan hewan, tidak punya kepala bisa menjadi akhir dari segalanya. Tapi bagi kecoak, kehilangan kepala bukan berarti kematian, mereka hidup selama berminggu-minggu dengan kepala terpenggal. Lalu, bagaimana napasnya? Jangan khawatir karena kecoak bernapas lewat lubang kecil di tubuhnya yang disebut spirakel dan tidak dikendalikan otak.
Ilustrasi bom nuklir Foto: WikiImages/pixabay
Karena kecoak berdarah dingin, ia membutuhkan sedikit makanan ketimbang makhluk berdarah panas seperti manusia. Ganglia yang ada di tubuhnya membuat kecoak mampu bereaksi terhadap rangsangan dan ia masih bisa berdiri serta bergerak tanpa kepala.
ADVERTISEMENT
Kehebatan kecoak tak berhenti di situ, sebab ia juga bisa hidup selama berjam-jam saat tubuhnya terbelah dua. Dengan nutrisi, serangga ini bisa bertahan lebih lama kendati tidak pasti berapa lama mereka bertahan dengan kondisi mengenaskan tersebut.
Yang jadi pertanyaan, benarkah kecoak mampu bertahan hidup dari bencana ledakan nuklir? Jawabannya singkatnya adalah ya, mereka bisa bertahan hidup. Kecoak ditemukan di antara puing-puing reruntuhan setelah bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki meledak pada tahun 1945.
Meski perlu dicatat, manusia juga ditemukan selamat di antara puing reruntuhan tersebut, kendati sebagian besar dari mereka pada akhirnya meninggal akibat dampak radiasi. Namun, tidak ada yang mencatat bagaimana kesehatan kecoak yang bertahan hidup dari ledakan.
ADVERTISEMENT
Untuk melihatnya, para ilmuwan melakukan percobaan pada kelompok kecoak, lalat buah, dan kubang tepung. Peneliti mengekspos serangga-serangga itu dengan radiasi hingga 1.000 rad (10 kali lipat dosis mematikan bagi manusia). Hasilnya, ada 10 persen kecoak yang bertahan hidup.
Peneliti kemudian menaikkan dosis radiasi hingga 100.000 rad. Hasilnya, 10 persen kumbang tepung berhasil bertahan selama 30 hari percobaan. Sementara kecoak dan lalat buah tak bersisa. Ini artinya, kumbang tepung jauh lebih tangguh ketimbang kecoak yang sudah lama mati dalam percobaan itu.
Sayangnya, percobaan tidak melihat apakah kumbang dan kecoak yang terpapar radiasi dapat menghasilkan keturunan yang layak. Bagaimanapun, tampaknya kecoak jauh lebih tangguh daripada kebanyakan serangga lain jika perang nuklir terjadi.
ADVERTISEMENT
"Ada beberapa bukti bahwa mereka tampak cukup tahan terhadap sinar gamma, meskipun mereka belum tentu paling tahan terhadap serangga," kata ahli biologi evolusi Mark Elgar kepada EarthSky. "Kamu dapat berargumen bahwa beberapa semut, terutama yang menggali sarang jauh ke dalam tanah, akan lebih mungkin bertahan hidup dari kiamat daripada kecoak."