Sering Makan Junk Food, Seorang Remaja Jadi Nyaris Buta

4 September 2019 6:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makan junk food Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makan junk food Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah studi kasus mengungkap bahaya yang mungkin terjadi pada manusia yang terlalu sering makan junk food atau makanan rendah gizi. Ada kejadian seorang remaja di Inggris yang perlahan-lahan menjadi buta, karena terlalu sering mengonsumsi makanan junk food itu.
ADVERTISEMENT
Studi kasus itu telah dipublikasi di jurnal Annals of Internal Medicine pada 2 September 2019. Menurut laporan tersebut, si remaja mengaku kepada dokter bahwa ia hanya memakan kentang goreng, keripik kentang, dan roti putih.
Kisah si remaja yang namanya dirahasiakan ini dimulai saat ia masih berusia 14 tahun. Waktu itu, dia pergi ke dokter dengan keluhan mudah merasa lelah. Laporan dokter kala itu menyebut bahwa remaja ini tercatat sebagai seseorang yang sangat pemilih dalam makan.
Hasil tes darah waktu itu menunjukkan bahwa ia mengalami anemia dan kekurangan vitamin B12. Remaja ini akhirnya diberikan suntikan vitamin B12 untuk mengatasi kondisinya dan diminta untuk memperbaiki gaya makannya.
Tetapi, di usia 15 tahun, remaja itu malah mengalami kehilangan pendengaran dan masalah penglihatan. Para dokter yang menanganinya tidak berhasil menemukan penyebabnya, sebab hasil pemeriksaan MRI dan mata si remaja normal saja.
ADVERTISEMENT
Dua tahun kemudian, penglihatan si remaja semakin memburuk. Ketika ia berusia 17 tahun, hasil pemeriksaan mata menunjukkan ia memiliki penglihatan 20/200. Di Amerika Serikat, orang dengan angka penglihatan itu sudah dianggap buta.
"Dia memiliki sejumlah titik buta di tengah penglihatannya," kata Denize Atan, dokter yang menangani si remaja sekaligus penulis utama dalam studi kasus ini, seperti diberitakan BBC News. "Ini berarti dia tidak bisa mengemudi dan akan kesulitan saat membaca, menonton televisi, atau mengenali wajah."
Hasil pemeriksaan lanjutan mengungkap bahwa saraf optik si remaja mengalami kerusakan. Selain itu, ia juga mjasih mengalami kekurangan vitamin B12, zat tembaga, selenium, dan vitamin D.
Hal itu membuat para dokter menanyakan si remaja atas gaya makannya.
ADVERTISEMENT
"Si pasien mengaku bahwa sejak sekolah dasar dia menolak mengonsumsi makanan dengan suatu tekstur tertentu," tulis para peneliti, seperti dilansir Live Science.
Junk Food Foto: Pixabay
Para dokter memvonis si remaja menderita nutritional optic neuropathy atau kerusakan saraf optik akibat kekurangan nutrisi. Kondisi ini bisa terjadi karena penggunaan obat-obatan terlarang, malabsorpsi, gaya makan yang buruk, dan konsumsi berlebihan alkohol.
Tubuh si remaja tidak kekurangan atau kelebihan berat badan. Tapi, ia mengalami malnutrisi parah.
"Dia telah kehilangan mineral pada tulangnya. Ini adalah suatu hal yang mengejutkan bagi remaja seusianya," kata Atan kepada BBC News.
Para peneliti mengatakan bahwa kasus ini terbilang langka. Sebab, sangat jarang kondisi kerusakan saraf optik akibat kekurangan nutrisi disebabkan satu faktor saja.
Ilustrasi mata manusia. Foto: Pixabay
Menurut laporan, vitamin-vitamin B memang sangat penting bagi reaksi di tingkat sel. Kekurangan vitamin ini bisa menyebabkan banyak penumpukan produk turunan beracun dari metabolisme tubuh. Akibatnya, sel saraf bisa rusak.
ADVERTISEMENT
Kondisi yang remaja ini alami sebenarnya bisa disembuhkan, jika diketahui lebih awal. Tapi, ketika si remaja didiagnosis dengan hal tersebut, kondisinya sudah permanen.
Denize Atan, pemimpin studi kasus ini, menyebut bahwa kacamata tidak akan bisa menolong pengelihatan si remaja. Ini karena kerusakan pada saraf optik tidak bisa disembuhkan dengan perbaikan pada bagian lensa mata.
Sekarang, remaja itu diberikan suplemen nutrisi untuk mencegah penglihatannya memburuk. Ia juga dirujuk pada layanan kesehatan yang menangani kelainan gaya makan.