Setelah Eropa, Gelombang Panas Kini Ancam Cairkan Es di Greenland

28 Juli 2019 18:02 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lapisan es di Greenland. Foto: JChristophe_Andre via pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lapisan es di Greenland. Foto: JChristophe_Andre via pixabay
ADVERTISEMENT
Gelombang panas yang menerjang wilayah Eropa selama beberapa hari terakhir kini tengah bergerak menuju Greenland. Peristiwa ini bisa melelehkan miliar ton es yang ada di sana.
ADVERTISEMENT
Gelombang panas yang menerjang Eropa tersebut diketahui berasal dari Afrika Utara. Pada Kamis (25/7) lalu, temperatur udara di kota Paris, Prancis, tercatat mencapai suhu 42,6 derajat celcius, dengan kenaikan suhu tertinggi di seluruh benua mencapai 3 derajat celcius.
Warga mendinginkan badan di air mancur Trocadero dekat Menara Eiffel, Paris, efek dari gelombang panas. Foto: Pascal Rossignol/Reuters
Seorang perwakilan dari World Meteorological Organization (WMO) menyatakan, hembusan angin di atmosfer akan membawa gelombang panas ini ke Greenland yang telah kehilangan lebih dari 170 miliar ton es selama bulan Juli 2019, dan 80 miliar ton es pada bulan Juni 2019.
“Ketika gelombang panas ini tiba di Greenland, kemungkinan akan menyebabkan puncak terbesar dari lelehan,” ujar Twila Moon, peneliti National Snow and Ice Data Center (NSIDC) di Boulder, Colorado, AS.
ADVERTISEMENT
Menurut Joyce Msuya, salah satu petinggi bidang lingkungan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pencairan hebat selama musim panas di Greenland sebenarnya telah terjadi sejak 2006 lalu. Setiap tahunnya, ada miliaran ton es hilang dengan laju pencairan yang semakin cepat. Situasi ini dapat mengakibatkan dampak serius, salah satunya mengganggu iklim global.
“Tindakan penanganan masalah iklim yang lebih serius harus segera dilakukan, untuk menjauhkan dari titik kritis yang bahkan bisa lebih buruk bagi planet kita daripada yang dibayangkan sebelumnya,” ungkap Msuya, seperti dikutip dari Live Science.
Gunung es di greenland. Foto: Ritzau Scanpix/Magnus Kristensen/ via REUTERS
Berdasarkan laporan NASA-JPL Caltech, selama tahun 1970 hingga 1980, setiap tahunnya rata-rata 50 miliar ton es mencair di Greenland. Sedangkan dari 2010 hingga 2018, angka itu melonjak hingga 290 miliar ton es mencair di setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Pada musim panas 2019, tingkat lelehan diprediksi bisa melampaui rekor yang sebelumnya terjadi pada 2012, yang kala itu ada sekitar 97 persen permukaan lapisan es di Greenland mencair.
“2012 adalah tahun hilangnya es yang sangat besar. Sayangnya, peristiwa pencarian awal di Greenland pada bulan Juni tahun ini, mungkin telah mempersiapkan beberapa permukaan lapisan es untuk mencair lebih banyak,” papar Moon.
Kondisi Greenland di hari pencairan es yang hebat pada Juni 2019. Foto: Steffen Olsen/Danish Meteorological Institute
Hilangnya es yang signifikan di setiap tahunnya dan tanpa ada penambahan es akan membawa Greenland ke dalam kondisi kekeringan, dan wilayah ini bakal mengering dengan kecepatan yang semakin tinggi dari sebelumnya. Lelehan es yang terjadi otomatis akan menaikan permukaan air laut secara Global.
Namun, kata Moon, belum terlambat kiranya untuk mengurangi skenario terburuk dari pencairan es di Greenland, dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca yang diklaim sebagai pemicu terjadinya perubahan iklim yang disebabkan manusia.
ADVERTISEMENT