Setelah Eropa, Giliran AS yang Keluarkan Izin Edar Vaksin Ebola

28 Desember 2019 15:28 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ilmuwan di laboratorium. Foto: Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ilmuwan di laboratorium. Foto: Pixabay.
ADVERTISEMENT
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) Amerika Serikat mengeluarkan izin kepada perusahaan farmasi, Merck and Co., untuk memasarkan vaksin Ebola pada Kamis (19/12). Langkah ini sudah diambil lebih dulu oleh Komisi Eropa pada November 2012.
ADVERTISEMENT
Vaksin ini dipasarkan dengan merek dagang “Ervebo”, berguna untuk melindungi tubuh dari virus Zaire ebola, spesies virus yang bertanggung jawab atas wabah berkepanjangan di Republik Demokratik Kongo.
"Penyakit virus Ebola adalah penyakit yang jarang namun berbahaya dan sering mematikan serta tidak mengenal batas," kata Dr. Peter Marks, Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA, seperti dikutip Scientific American.
“Vaksinasi sangat penting untuk membantu mencegah wabah dan menghentikan penyebaran virus Ebola ketika wabah terjadi.”
Seorang pekerja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan vaksinasi. Foto: Reuters/Kenny Katombe
Dalam penelitian vaksin Ervebo selama bertahun-tahun, Merck melisensikan produk ini untuk dikembangkan bersama beberapa mitra pada 2014 lalu. Saat itu, wabah Ebola menewaskan lebih dari 11.000 orang di Afrika Barat.
Pada April 2019 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengungkap hasil pengujian klinis vaksin dengan Ervebo. Dari tes itu, tingkat keefektifan Ervebo diklaim mencapai 97,5 persen.
ADVERTISEMENT
Vaksin ini akan sangat mungkin menambah persediaan darurat untuk kasus-kasus wabah yang dikumpulkan oleh Gavi, The Vaccine Alliance, lembaga mitra kesehatan yang berfokus membuka akses ketersediaan vaksin di negara-negara miskin. Baru-baru ini, Gavi mengumumkan rencana untuk menyimpan stok persediaan 500.000 dosis vaksin.
Vaksin produksi Merck, yang diberikan dalam satu dosis, diklaim menghasilkan respons imun yang cepat dengan masa kerja efektif selama sekitar 10 hari. Karena itu, vaksin Ervebo dianggap paling mujarab untuk memerangi wabah Ebola.
"Persetujuan vaksin ini oleh FDA merupakan tonggak penting lainnya dalam respons global terhadap penyakit virus Ebola dan berdiri sebagai pencapaian luar biasa oleh kemitraan global," ujar Dr. Roger M. Perlmutter, presiden Merck Research Laboratories, dalam sebuah pernyataan.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, vaksin Ervebo telah diberikan kepada lebih dari 258.000 pasien. Sedangkan lebih dari 3.350 orang di antaranya tertular Ebola dalam wabah yang masih berlangsung di Kongo, dan setidaknya 2.220 pasien meninggal dunia.