Siklus Baru Matahari Telah Dimulai, Apa Dampaknya ke Bumi?

18 September 2020 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto Matahari yang diambil Solar Orbiter. Foto: NASA dan ESA
zoom-in-whitePerbesar
Foto Matahari yang diambil Solar Orbiter. Foto: NASA dan ESA
ADVERTISEMENT
Badan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA) mengumumkan bahwa matahari telah memasuki siklus barunya. Dinamai Solar Cycle 25, siklus baru matahari ini merupakan penanda akan datangnya peningkatan cuaca antariksa yang bisa berdampak pada teknologi di Bumi dan astronaut di luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Menurut para ahli, penemuan ini akan menjadi kunci untuk memastikan bahwa dunia siap untuk menghadapi berbagai masalah dan komplikasi yang timbul sebagai akibat dari perubahan cuaca luar angkasa.
Aktivitas matahari berjalan dalam siklus, kira-kira 11 tahun dengan bintang bergerak secara teratur dari diam menjadi aktif, dan kembali ke posisi diam. Periode aktivitas tersebut dikenal sebagai cuaca Matahari. Kendati perubahannya telah diamati selama ratusan tahun, namun banyak proses dan efeknya masih tetap misterius.
Astronot AS Buzz Aldrin berdiri di Bulan pada 20 Juli 1969. Foto: NASA via REUTERS/Neil Armstrong
Para peneliti menyebut, cuaca matahari dapat berdampak luas. Salah satunya pada astronaut di luar angkasa yang tidak dilindungi medan magnet Bumi dapat terkena radiasi dalam jumlah yang berbahaya, serta dapat menyebabkan masalah signifikan bagi teknologi komunikasi di Bumi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, para peneliti menyarankan perubahan siklus Matahari ini bisa menjadi peluang bagi manusia untuk membuat rencana dalam menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi di masa mendatang.
“Tidak ada cuaca buruk, hanya persiapan yang buruk,” ujar Jake Bleacher, seorang ilmuwan yang menjabat sebagai kepala Direktorat Misi Eksplorasi dan Operasi Manusia NASA, seperti dikutip Independent.
Ilustrasi permukaan Matahari. Foto: LoganArt via Pixabay
Saat Matahari memasuki siklus barunya, ini bisa menyebabkan peristiwa mengerikan di permukaan, seperti ledakan raksasa dari jilatan api matahari atau lontaran massa koronal. Itu bisa memuntahkan cahaya, energi, dan materi Matahari ke luar angkasa, kata NASA.
“Kami menyimpan catatan terperinci dari beberapa bintik matahari kecil yang menandai permulaan dan kebangkitan siklus baru,” kata Frédéric Clette, direktur Pusat Data Dunia untuk Indeks Bintik Matahari dan Pengamatan Matahari Jangka Panjang, yang bekerja untuk melacak bintik Matahari.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah penanda kecil percikan api matahari raksasa di masa depan. Hanya dengan melacak tren umum selama beberapa bulan kami dapat menentukan titik kritis di antara dua siklus."
Para ilmuwan memperkirakan aktivitas matahari ini bakal meningkat hingga Juli 2025, ketika Matahari mencapai puncaknya.