Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Simpanse Tertangkap Basah Giling Serangga untuk Jadi Obat Luka
9 Februari 2022 12:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Peneliti di Loango National Park, Gabon, mengamati ada simpanse menggunakan serangga untuk dibalur ke luka. Jika tujuan perilaku ini adalah penyembuhan, maka dipastikan ini adalah kasus pertama yang teramati di mana simpanse menggunakan material hewan lain untuk pengobatan.
ADVERTISEMENT
Tim peneliti dari Osnabrück University, Jerman, serta lembaga riset dan konservasi, Ozouga Chimpanzee Project, mengamati sekitar 45 simpanse menangkap serangga , menggilingnya, dan melumurinya ke luka mereka.
Simpanse ini menangkap serangga dari ranting atau daun pohon-pohon rendah. Setelah ditangkap, spesies primata ini menggiling serangga tersebut dengan meletakkannya di bibir mereka, atau bahkan mengunyahnya.
Peneliti belum berhasil mengkonfirmasi jenis serangga yang ditangkap oleh simpanse-simpanse ini. Namun dari ciri fisik serangga tersebut yang diketahui antara lain: berukuran sekitar 5 mm, berwarna gelap.
Perilaku ini tidak hanya berlaku pengobatan untuk diri sendiri, tapi juga untuk simpanse satu mengobati simpanse lain di koloni. Salah satu simpanse bernama Suzee, terpantau menangkap dan menggiling serangga, kemudian menggunakannya untuk menutupi luka Sia, anak remajanya.
ADVERTISEMENT
“Dengan konteks yang jelas yang mana perilaku yang jelas teramati (individu degan luka terbuka), kami mengusulkan [kasus] mereka mungkin menerangkan kasus lain dari perilaku pengobatan hewan selain manusia” tulis tim peneliti. “Bagaimana pun, penelitian sistematik lebih dalam diperlukan untuk menjelaskan efikasi dari pengobatan dengan kemajuan kesembuhan luka”.
Penelitian ini berlangsung November 2019 sampai Februari 2021. Hasil penelitian dapat dilihat di Current Biology, yang baru terbit Senin (7/2) kemarin.