Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Panjangnya jalur air di bawah tanah ini memungkinkan adanya lubang lain yang akan terbentuk di sekitar lokasi dua lubang, terutama ketika air di bawah permukaan tanah itu mengalir kencang, yakni biasanya saat hujan deras.
Penjelasannya begini, saat hujan deras, air yang mengalir melalui jalur sungai di bawah permukaan tanah itu akan menggerus tanah di sekitarnya. Akibatnya, tanah di sekitarnya itu bakal amblas dan terbentuklah lubang besar di sana.
“Erosi sungai ini, kalau (cuaca) biasa mungkin tidak begitu terasa. Tapi kalau ada curah hujan tinggi, arusnya akan kuat. Jadi intinya amblasan ini memang karena ada air yang masuk ke bawah permukaan tanah,” jelas Agus kepada kumparanSAINS, Minggu (28/4).
ADVERTISEMENT
Di lokasi amblasnya tanah tersebut, Agus dan timnya telah menemukan adanya jalur air yang masuk ke bawah tanah, seolah memperlihatkan bahwa aliran air itu menghilang. Padahal, air itu tetap mengalir di bawah tanah seperti aliran air di sungai permukaan.
Aliran air yang masuk ke bawah tanah atau bagian inlet itu akan keluar dari bagian tanah lainnya atau bagian outlet. “Nah yang kemarin (lubang pada September 2018) jalurnya sudah ditelusuri. Jadi di sisi di bagian keluarnya, itu ada tempat air keluar ke arah sungai yang lebih besarnya,” ungkap Agus.
Agus dan timnya telah melakukan pengukuran geolistrik untuk melihat kondisi air di bawah permukaan tersebut. Hasilnya ditemukan bahwa aliran air bawah tanah itu berada di kedalaman sekitar 10 meter dengan lebar antara 10 sampai 15 meter dan panjang antara 40 sampai 50 meter. Jadi, masih ada potensi terbentuknya lubang yang sedemikian besar di sepanjang jalur air tersebut.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegahnya, Agus menyarankan agar jalur air atau sungai di bawah tanah itu dibuka. “Lebih baik jalur itu dibuka, tapi kan akan mengurangi lahan orang. Sehingga pilihannya mau kurang lahan atau mau amblas lagi? Jadi pilihannya tinggal seperti itu aja,” kata Agus.
Selain membuka jalur air tersebut sehingga tampak bisa seperti sungai permukaan, ada solusi lainnya yang juga bisa diupayakan, yakni membuat saluran air khusus untuk aliran air di bawah permukaan tersebut.
“Nah atau, dibuat salurannya yang kedap air. Jadi tanah itu bisa ditimbun lagi kan. Jadi seperti saat mau buat dam, terus bisa kita timbun dan bisa kita buat jalan lagi atau buat jembatan,” ujar Agus.
Saluran air ini nantinya juga bisa ditimbun dengan tanah persawahan kembali sehingga bisa dimanfaatkan lagi untuk lahan pertanian. Tapi untuk membuat saluran air ini, tentunya lahan di lokasi tersebut perlu dibuka terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Intinya, menurut Agus, yang terpenting adalah “air itu bisa bergerak kembali dengan bebas tanpa mengerosi kiri-kanannya.”
“Karena kalau air sampai tidak ada dinding penahan kiri-kanannya dan atas-bawahnya, ketika berjalan di bawah permukaan, ya tentunya dia akan mengerosi (tanah di sekitarnya),” tegas Agus.
Proses erosi atau pengikisan inilah yang akhirnya bisa membuat tanah menjadi amblas sehingga terbentuklah lubang-lubang besar di Sukabumi itu .
Lubang kedua yang muncul di Sukabumi pada Minggu (28/4) sekitar pukul 04.00 WIB itu punya diameter sekitar 16 meter dan kedalaman sekitar 12 meter. Sementara lubang pertama yang telah muncul lebih dulu pada September lalu memiliki diameter sekitar 6 meter dan kedalaman sekitar 10 meter.
ADVERTISEMENT
Kedua lubang berada di lokasi yang sama, yakni di wilayah persawahan di Kampung Legoknyenang RT 05/RW 02, Desa Sukamaju, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Lokasi kedua lubang sangatlah berdekatan. Jarak antara keduanya hanyalah sekitar empat meter.