Sore Ini Gerhana Bulan Total Super Blood Moon Sambangi Indonesia, Catat Waktunya

26 Mei 2021 14:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fase gerhana bulan. Foto: Muhammad Iqbal/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Fase gerhana bulan. Foto: Muhammad Iqbal/kumparan
ADVERTISEMENT
Hari ini, Rabu 26 Mei 2021, masyarakat Indonesia akan menyaksikan fenomena alam langka gerhana bulan total di tengah pembatasan sosial skala mikro akibat pandemi corona. Gerhana bulan kali ini terbilang spesial karena menampilkan bulan merah darah alis super blood moon.
ADVERTISEMENT
Gerhana Bulan Total terjadi akibat konfigurasi Bulan, Bumi, dan Matahari yang membentuk satu garis lurus dan Bulan berada di sekitar simpul orbitnya (perpotongan antara orbit Bulan dan ekliptika), sehingga Bulan memasuki bayangan umbra Bumi.
Pada fase ini, Bulan akan terlihat oleh penduduk di Bumi berwarna merah darah, sehingga fenomena Gerhana Bulan Total disebut juga sebagai Super Blood Moon. Fenomena ini menghasilkan penampakan Bulan 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibanding fase mikro.
Nama merah darah diambil dari rona kemerahan yang muncul saat Bumi melemparkan bayangannya ke seluruh Bulan selama fase Gerhana Bulan Total (GBT). Warna merah itu adalah bayangan Bumi yang berasal dari atmosfer.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, peristiwa yang merupakan salah satu akibat dari dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), lebar sudut Bulan pada gerhana kali ini diprediksi lebih besar 13,77 persen ketimbang ketika ia berada di titik terjauh dengan Bumi (apoge). Kecerlangannya 15,6 persen lebih terang dibanding dengan rata-rata, serta 29,1 persen lebih terang ketimbang bulan apoge.
“Gerhana bulan total yang akan terjadi pada tanggal 26 Mei akan sangat spesial, karena gerhana Bulan kali ini beriringan dengan terjadinya Perige, yakni ketika Bulan berada di jarak terdekatnya dengan Bumi,” papar LAPAN dalam akun resmi Instagram.
Saat GBT terjadi, jarak Bulan dengan Bumi diperkirakan mencapai 357.461 kilometer. GBT dapat disaksikan di seluruh Indonesia dari arah Timur-Tenggara hingga Tenggara lewat konstelasi Scorpius. Gerhana ini bisa disaksikan tanpa menggunakan alat bantu optik apapun. Durasi fase total gerhana kali ini cukup singkat, yakni 14 menit 30 detik.
Fenomena 'super blood wolf moon' terlihat di atas patung "Victoria Alada" di atas bangunan Metropoli selama gerhana bulan total di Madrid, Spanyol, (21/1). Foto: REUTERS / Thilo Schmuelgen
Untuk waktunya, berikut rinciannya:
ADVERTISEMENT
Provinsi Papua akan menjadi wilayah yang kebagian menyaksikan fase awal hingga akhir penumbra. Sementara Provinsi Maluku Utara, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo bagian Timur, Sulawesi Tengah bagian Timur, Kepulauan Selayar dan Sulawesi Tenggara hanya bisa menyaksikan awal sebagian hingga akhir penumbra.
ADVERTISEMENT
“Sebagian besar Sumatera Utara termasuk Pulau Nias bagian Selatan dan Kepulauan Batu, Sumatera Barat dan Riau bagian barat hanya bisa menyaksikan fase U3 (akhir total hingga p4 (akhir penumbra) dikarenakan bulan sudah mengalami gerhana total ketika terbit,” jelas LAPAN di situs web resminya.
Sementara untuk wilayah seperti Riau bagian Timur hingga Lampung dan Kepulauan Riau, pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo bagian Barat hingga Sulawesi Selatan dapat menyaksikan fase awal total hingga akhir penumbra.
Khusus untuk umat Islam, biasanya akan melaksanakan ibadah salat gerhana bulan atau salat kusuf. Secara berjamaah maupun perorangan. Untuk mengetahui tata cara salat gerhana, bisa dibaca di link di bawah ini.