Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Studi: Makan Serangga Baik buat Metabolisme, Tertarik?
18 September 2023 18:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Sudah sejak lama serangga dinilai memiliki manfaat baik buat manusia. Cangkang serangga yang renyah merupakan taburan nutrisi yang melimpah. Studi baru bahkan menyebut, nutrisi ini dapat memicu respons imun bawaan yang bisa meningkatkan metabolisme mamalia.
ADVERTISEMENT
Ketika para peneliti dari Washington University in St. Louis (WUSL), AS, memberi tikus makanan mengandung kitin–polisakarida yang terdapat dalam cangkang luar serangga, krustasea, dan jamur– perut hewan itu menjadi buncit sehingga memicu respons imun khusus.
Efek utamanya adalah produksi enzim usus yang unik disebut AMCase, yang diperlukan untuk pencernaan kitin serta aktivasi sel yang mengatur jaringan lemak. Mamalia biasanya tidak menghasilkan enzim yang cukup kuat untuk memecah polisakarida yang dimakan.
Sebelum dinosaurus punah, beberapa bukti menunjukkan bahwa mamalia purba pernah memakan serangga dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan sekarang. Studi juga menunjukkan bahwa beberapa mamalia telah beradaptasi untuk mencerna kitin sejak lama.
Hingga saat ini, banyak mamalia yang masih mengonsumsi serangga, termasuk manusia. Serangga tidak hanya aman dikonsumsi oleh manusia, tapi juga menyediakan nutrisi penting, salah satunya protein.
Oleh karena itu, beberapa ilmuwan berpendapat, serangga mungkin harus menjadi bagian dari makanan penting buat kita. Mencari tahu bagian mana yang paling bergizi dari serangga, dapat membantu para ilmuwan menemukan cara lebih baik untuk mendapatkan manfaat nutrisinya.
ADVERTISEMENT
Dalam studi terbaru WUSL yang terbit di jurnal Science, tikus yang diberi makan kitin dibarengi dengan diet tinggi lemak menunjukkan terjadinya peningkatan metabolisme ketimbang tikus yang diberi diet tinggi lemak tanpa kitin.
Mirip dengan penelitian sebelumnya pada tikus, para peneliti menemukan bahwa mengonsumsi kitin bisa meningkatkan mikrobioma yang sehat di saluran pencernaan bagian bawah. Untuk menggali lebih jauh mekanisme ini, para peneliti merusak kemampuan beberapa tikus dalam memproduksi enzim AMCase. Tim kemudian memberi tikus makanan tinggi lemak dan kitin.
Hasilnya, dibandingkan dengan kelompok lain, tikus yang tidak punya kemampuan mencerna kitin menunjukkan resistensi terhadap penambahan berat badan, bahkan ketika diberi makanan tinggi lemak secara bersamaan.
Para peneliti mencatat adanya peningkatan sel limfoid bawaan tipe 2 (ILC2) pada tikus tersebut–produk sampingan dari respons imun usus yang dipicu kitin. Sel-sel baru ini ditemukan dalam jaringan lemak.
ADVERTISEMENT
“Kami pikir pencernaan kitin bergantung pada kitinase inangnya sendiri. Sel-sel perut mengubah keluaran enzimatiknya melalui proses yang kami sebut sebagai adaptasi,” kata Steven Van Dyken, ahli imunologi sebagaimana dikutip Science Alert.
“Namun yang mengejutkan, proses ini terjadi tanpa masukan mikroba, karena bakteri di saluran pencernaan juga merupakan sumber kitinase yang mendegradasi kitin.”
Dengan mengganggu pencernaan kitin pada mamalia, para peneliti telah menemukan cara untuk memperpanjang manfaat kekebalan dan metabolisme nutrisi di usus.
“Kami memiliki beberapa cara untuk menghambat kitinase lambung,” kata Dyken. “Memasangkan pendekatan tersebut dengan makanan yang mengandung kitin mungkin memiliki manfaat metabolisme yang sangat nyata.”
Saat ini, Dyken dan rekannya sedang melakukan studi lanjutkan untuk kemudian melihat lebih jauh apa saja manfaat kandungan nutrisi serangga tersebut pada manusia.
ADVERTISEMENT