Studi: Peradaban Alien Bisa Memusnahkan Planetnya Sendiri karena Perubahan Iklim

8 Oktober 2024 9:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi alien. Foto: needpix
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi alien. Foto: needpix
ADVERTISEMENT
Sekelompok ilmuwan menerbitkan sebuah studi yang menyebut peradaban alien di suatu planet mana pun bisa saja memusnahkan diri mereka sendiri. Alasannya bukan berebut tanah atau sumber daya, melainkan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Dalam pemodelan baru mereka, para ilmuwan mengkalkulasi diperlukan waktu kurang dari 1.000 tahun bagi peradaban alien tingkat lanjut untuk menghancurkan planetnya sendiri karena perubahan iklim. Bahkan jika mereka bergantung pada energi terbarukan.
Jika sebuah peradaban alien mengalami pertumbuhan teknologi eksponensial dan konsumsi energi, maka akan butuh waktu kurang dari 1.000 tahun sebelum planet alien tersebut menjadi terlalu panas untuk dihuni. Penelitian baru itu telah diunggah ke basis data pracetak arXiv dan sedang dalam proses peninjauan sejawat.
Para astrofisikawan ingin memahami implikasi bagi kehidupan di luar planet kita. Penelitian mereka awalnya terinspirasi oleh penggunaan energi manusia, yang telah tumbuh secara eksponensial sejak tahun 1800-an.
Pada tahun 2023, manusia menggunakan sekitar 180.000 terawatt jam (TWh), yang kira-kira sama dengan jumlah energi yang menghantam Bumi dari matahari pada saat tertentu. Sebagian besar energi ini diproduksi oleh gas dan batu bara, yang memanaskan planet ini pada tingkat yang tidak berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Saat semua energi itu diciptakan oleh sumber-sumber terbarukan seperti tenaga angin dan matahari, umat manusia tetap akan terus tumbuh dan membutuhkan lebih banyak energi.
"Hal ini memunculkan pertanyaan, Apakah ini sesuatu yang berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang?" kata Manasvi Lingam , seorang astrofisikawan di Florida Tech dan salah satu penulis studi tersebut, dilansir Live Science.
Ilustrasi exoplanet. Foto: NASA
Lingam dan rekan penulisnya Amedeo Balbi , seorang profesor madya astronomi dan astrofisika di Universitas Tor Vergata, Roma, tertarik untuk menerapkan hukum kedua termodinamika pada masalah ini. Hukum ini menyatakan bahwa tidak ada sistem energi yang sempurna, di mana semua energi yang diciptakan digunakan secara efisien; sebagian energi harus selalu keluar dari sistem. Energi yang keluar ini akan menyebabkan planet memanas seiring waktu.
ADVERTISEMENT
"Anda dapat menganggapnya seperti bak mandi yang bocor," kata Lingam. Jika bak mandi yang hanya menampung sedikit air mengalami kebocoran, hanya sedikit air yang dapat keluar, jelasnya. Namun, seiring bak mandi terisi semakin banyak — seiring tingkat energi meningkat secara eksponensial untuk memenuhi permintaan — kebocoran kecil dapat tiba-tiba berubah menjadi rumah yang kebanjiran.
Dalam kasus ini, rumah yang kebanjiran ibarat atmosfer sebuah planet. Penumpukan kebocoran energi, bahkan dari energi hijau, pada akhirnya akan membuat planet mana pun menjadi terlalu panas hingga tidak dapat dihuni lagi. Jika tingkat energi tidak dikontrol, tingkat perubahan iklim yang dahsyat ini dapat memakan waktu kurang dari 1.000 tahun sejak dimulainya produksi energi, demikian temuan tim tersebut.
ADVERTISEMENT
Bagi para ahli astrobiologi, batas 1.000 tahun ini juga membuat pencarian kehidupan di tempat lain di kosmos menjadi jauh lebih sulit. Lagi pula, 1.000 tahun adalah sekejap mata dalam istilah kosmik, dengan planet-planet seperti Bumi membutuhkan ratusan juta tahun untuk menjadi layak huni. Namun, kepunahan alien bukanlah satu-satunya hasil potensial dari penggunaan energi eksponensial, kata Lingam.
Ada pilihan lain, baik bagi manusia maupun peradaban alien. Alih-alih menerima kepunahan atau mengembangkan teknologi untuk memindahkan produksi energi ke luar dunia, sebuah peradaban dapat memilih untuk tetap mempertahankan pertumbuhan mereka, saran Lingam.
"Jika suatu spesies telah memilih keseimbangan, telah belajar untuk hidup selaras dengan lingkungannya, spesies itu dan keturunannya mungkin dapat bertahan hidup hingga satu miliar tahun," katanya.
ADVERTISEMENT