Studi: Perubahan Iklim Bikin Tikus di Perkotaan Berkembang Biak Makin Pesat

9 Februari 2025 16:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tikus. Foto: REUTERS / Issei Kato
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tikus. Foto: REUTERS / Issei Kato
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim membuat Bumi semakin tak ramah bagi banyak spesies makhluk hidup. Namun, ada satu hewan yang justru populasinya berkembang pesat akibat kondisi cuaca tak menentu: Tikus kota.
ADVERTISEMENT
Populasi tikus di kota-kota besar di seluruh dunia dilaporkan telah meningkat. Kini, tim ahli ekologi perkotaan mencoba mencari tahu di balik penyebab ledakan populasi tikus tersebut. Hasil studi yang terbit di jurnal Science pada 31 Januari 2025 menemukan, perubahan iklim, urbanisasi, dan pertumbuhan populasi berkontribusi terhadap meningkatnya populasi tikus di perkotaan.
“Mereka adalah organisme yang sangat menarik karena mereka sangat mampu beradaptasi untuk tumbuh subur bersama manusia,” papar Jonathan Richardson, penulis utama studi dan asisten profesor biologi di University Richmond, mengutip Live Science.
Richardson dan tim menganalisis data populasi tikus dari 16 kota di seluruh dunia. Data yang digunakan dalam studi ini dikumpulkan selama rata-rata 12 tahun oleh pejabat setempat. Sebagian besar kota yang diteliti berada di Amerika Serikat, termasuk Washington DC, San Francisco, dan New York.
ADVERTISEMENT
Hampir 70% jumlah tikus di kota-kota tersebut meningkat secara signifikan selama periode penelitian. Ini menjadi masalah serius karena tikus liar dapat membawa patogen dan parasit berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan. Mereka juga dapat merusak infrastruktur kota dengan menggali di bawah trotoar dan menggerogoti dinding.
Dalam studi tersebut, para peneliti membandingkan peningkatan populasi tikus di kota-kota dengan peningkatan suhu, urbanisasi, dan kepadatan populasi manusia. Hasilnya, ada hubungan antara populasi tikus dengan faktor-faktor yang disebabkan oleh manusia.
Kuil di India yang dipenuhi ribuan tikus Foto: Shutter Stock
Hubungan terkuat itu adalah, suhu dan peningkatan populasi tikus. Perubahan iklim mengubah panjang musim, di mana musim panas menjadi semakin lama, dan musim dingin semakin pendek.
“Beberapa hari atau minggu tambahan cuaca hangat saja bisa memberi tikus lebih banyak waktu untuk berada di atas tanah mencari makanan, membuat sarang, dan kawin,” kata Richardson.
ADVERTISEMENT
Data Open DC menunjukkan, Washington DC mengalami peningkatan keluhan gangguan tikus selama penelitian, meningkat dari 1.448 keluhan pada 2010, menjadi 12.209 keluhan pada 2021.
Gerard Brown, manajer program Divisi Pengendalian Hewan Pengerat dan Vektor kota, mengatakan bahwa ia sudah memperhatikan hubungan antara cuaca yang lebih hangat dengan peningkatan populasi tikus secara langsung selama 35 tahun karirnya.
Kepada Live Science, Brown mengatakan masalah yang dihadapi Washington DC bukan hal mudah. Para ilmuwan, pejabat kota, dan penduduk di banyak kota harus bekerja sama untuk menghambat pertumbuhan populasi tikus.
“Ini adalah masalah bersama, dan satu-satunya cara kita dapat mengatasinya adalah jika kita bekerja sama,” kata Brown.
Untuk membantu mengurangi populasi tikus dari area pemukiman, warga bisa melakukan sederhana dengan membatasi jumlah sampah makanan yang dibuang di tempat sampah luar ruangan.
ADVERTISEMENT
“Baik itu menggunakan pembuangan sampah, pengomposan, atau pembekuan dan membuangnya pada pagi hari saat pengambilan,” papar Brown.
Dari data yang dianalisis dalam penelitian tersebut, Richardson memperkirakan populasi tikus akan terus tumbuh di daerah perkotaan seiring menghangatnya iklim. Kendati demikian, ia berharap penelitian ini akan menginspirasi kota-kota lain untuk mulai mengumpulkan lebih banyak data tentang tikus.
Dengan memiliki lebih banyak data, para ilmuwan dan pejabat kota bisa bekerja sama untuk mengatasi populasi tikus yang terus bertambah dan dampaknya terhadap kesehatan dan keselamatan.