Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Studi: Siswa Tukang Lawak di Sekolah Bisa Jadi Murid Terpintar di Kelas
14 Oktober 2021 11:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Setiap kelas pasti punya murid ikonik yang menjadi sorotan teman-temannya. Ada si tajir yang suka bikin pesta, si pintar yang sering bisa menjawab pertanyaan dan menyelesaikan semua soal ujian, ada si pemalas yang sering tidur di kelas saat pelajar. Di antara semua itu, ada si tukang lawak yang suka bikin lelucon dan ketawa para siswa dan guru.
ADVERTISEMENT
Dan tahukah kamu, bahwa menurut sebuah studi terbaru yang terbit di jurnal Humor, tukang lawak tersebut sebenarnya adalah murid pintar yang bersembunyi. Ketika para ilmuwan meneliti lebih dari 200 siswa menengah di Turki, mereka menemukan hubungan erat antara kemampuan komedi anak dengan tingkat kecerdasan.
“Kami sangat tertarik pada kualitas humor yang dibuat oleh anak-anak, tetapi dievaluasi oleh orang dewasa,” kata Profesor Ugur Sak, pemimpin studi. “Orang tua dan guru harus menyadari bahwa jika anak atau siswanya sering membuat humor berkualitas baik, maka kemungkinan mereka memiliki kecerdasan yang luar biasa.”
Sudah sejak lama tukang lawak dianggap punya kecerdasan tinggi. Ada perbedaan hubungan antara humor dengan kecerdasan pada anak-anak dan orang dewasa. Pada orang dewasa, kemampuan melawak dikaitkan dengan kecerdasan yang lebih tinggi. Namun pada anak-anak, besaran hubungan antara kecerdasan dan kemampuan membuat humor mungkin berbeda.
“Itu karena anak-anak berkembang pada tingkat yang berbeda, dan gaya serta karakteristik humor berbeda di seluruh tahap perkembangan," kata peneliti.
ADVERTISEMENT
Untuk mengujinya, para peneliti meminta anak-anak menulis teks kartun humor untuk menilai tingkat kelucuan dan relevansinya. Relevansi teks memberikan bukti apakah siswa memahami konteks kartun dengan mendeteksi dan menyelesaikan ketidaksesuaian dalam kartun.
Lebih lanjut, peneliti membandingkan kemampuan humor anak dengan kecerdasan yang diukur menggunakan teknik Kecerdasan Anadolu Sak. Ternyata terdapat tingkat korelasi yang tinggi.
Faktanya, kecerdasan yang lebih tinggi menyumbang lebih dari dua pertiga perbedaan dalam kemampuan humor anak-anak. Namun, ada satu hal yang membedakan humor anak-anak dari humor orang dewasa.
Peneliti menyebut bahwa studi yang mereka lakukan erat hubungannya dengan unsur budaya. Oleh sebab ini dilakukan di Turki, hasilnya belum tentu mewakili semua anak-anak yang ada di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
“Perilaku tertentu yang dianggap lucu secara intelektual dalam suatu budaya mungkin tidak begitu lucu secara intelektual di budaya lain,” kata peneliti. Artinya, humor mencerminkan norma budaya meskipun merupakan fenomena universal.
“Karena apresiasi humor dibentuk oleh budaya… kemampuan humor mungkin berkorelasi berbeda dengan kecerdasan dalam budaya yang berbeda. Oleh karena itu, mengeksplorasi hubungan antara kecerdasan dan kemampuan humor dalam konteks budaya yang berbeda dapat memberikan bukti baru tentang hubungan antara keduanya.”
* * *
Ikuti survei kumparan Tekno & Sains dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveiteknosains