Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
ADVERTISEMENT

Warga Bandung menjumpai cuaca yang tak biasa. Hujan disertai angin kencang terjadi di Bandung pada Rabu (19/4) siang. Lebih dari itu, hujan yang turun bukanlah berwujud air cair, melainkan es. (Lihat juga: Foto Pohon Tumbang Bergelimpangan dan Hujan Es di Bandung)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan dan foto-foto yang diunggah warga Bandung, hujan berbentuk es dilaporkan terjadi di sekitar Kecamatan Coblong. Hujan es tidak turun di seluruh wilayah Bandung. (Simak juga: Ini Bukan Salju di Eropa, tapi Es di Bandung)
Fenomena hujan es telah menimbulkan kehebohan. Sebagian warga Bandung menyambut antusias hujan es yang mereka anggap mirip salju. Sementara sebagian lainnya merasa ngeri dan seram terhadap bentuk hujan yang tak wajar tersebut.
Tak hanya warga Bandung yang menanggapi fenomena hujan es tersebut. Sang Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, pun turut angkat suara terhadap fenomena tak lazim yang terjadi di kotanya itu.
Melalui akun Instragram-nya, Ridwan Kamil mengunggah foto bekas hujan es di Bandung dan menulis, “Snow in Bandung? Dampak hujan es tadi siang di Bandung. Apakah ini dampak perubahan iklim global? Semua pohon yang tumbang sudah ditangani oleh tim diskar/dinas taman dan kepolisian dengan baik.” (Baca juga: 18 Pohon di Bandung Tumbang Timpa 8 Kendaraan dan 4 Rumah)
ADVERTISEMENT
Meski banyak orang menganggap hujan es yang terjadi Bandung adalah fenomena yang tak biasa, tak lazim, unik, ataupun aneh, Kepala Bagian Humas Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika Hary Tirto Djatmiko menjelaskan itu bukanlah fenomena yang luar biasa.
“Fenomena hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi,” kata Hary kepada kumparan (kumparan.com), Kamis (19/4).
Hary menuturkan hujan es berbeda dengan salju. Hujan es bisa terjadi di mana saja ketika syarat dan ketentuannya berlaku. (Baca juga: Fenomena Hujan Es di Negara Tropis)
Ada beberapa indikasi atau pertanda akan terjadinya fenomena seperti itu. Pertama, satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, hanya dalam rentang beberapa jam suhu udara dapat berbeda secara signifikan. Misalnya, Hary menyebutkan, perbedaan suhu udara antara pukul 07.00 WIB dan pukul 10.oo WIB pagi mencapai lebih dari 4,5 derajat selsius. Selain itu, kondisi udara juga menunjukkan nilai kelembaban yang cukup tinggi, yakni mencapai lebih dari 60 persen.

Indikasi lainnya adalah terlihatnya awan putih yang berlapis-lapis. Mulai pukul 10.00 WIB pagi akan terlihat tumbuhnya awan Cumulus alias awan putih berlapis-lapis di langit.
"Di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepi yang sangat jelas, berwarna abu-abu dan menjulang tinggi seperti bunga kol," kata Hary.
Tahap berikutnya, awan Cumulus itu akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
ADVERTISEMENT
Pertanda lain akan hadirnya hujan lebat atau hujan es yang disertai angin kecang itu adalah bergoyangnya pepohonan di sekitar tempat kita berdiri. “Ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat,” ujar Hary. Selain itu, akan terasa adanya sentuhan udara dingin di sekitar tempat kita berdiri.
Hari menjelaskan, “Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba. Apabila hujannya gerimis, maka kejadian (hujan lebat disertai) angin kencang jauh dari tempat kita,” kata dia.
Kejadian hujan es atau hujan lebat yang disertai kilat, petir dan angin kencang berdurasi singkat seperti yang terjadi di Bandung, lebih banyak terjadi pada masa transisi alias pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya. (Baca juga: Hujan Es Masih Mungkin Terjadi Sampai April)
ADVERTISEMENT
“Jika 1 sampai 3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi atau pancaroba atau penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang, baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak,” terang Hary.

Lebih lanjut Hary menjelaskan sifat-sifat angin kencang berdurasi singkat atau puting beliung yang biasa menyertai hujan es atau hujan lebat itu. Ia menyebut angin tersebut bersifat sangat lokal, bergerak secara garis lurus dengan jarak berkisar 5 sampai 10 kilometer, dan terjadi kurang dari 10 menit.
Peristiwa angin kencang yang mampu merobohkan pohon-pohon besar itu lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari di masa peralihan musim alias pancaroba dan tak bisa diprediksi secara spesifik. Angin kencang itu hanya bisa diprediksi pada setengah hingga satu jam sebelum kejadian dengan tingkat keakuratan kurang dari 50 persen. Prediksi itu pun bisa dilakukan apabila pengamat cuaca melihat atau merasakan tanda-tandanya.
ADVERTISEMENT
Angin kencang seperti itu hanya berasal dari awan Cumulonimbus, bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya. Namun begitu, tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan angin kencang ataupun puting beliung.
Jika angin kencang atau puting beliung itu terjadi di suatu tempat, kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama.
