Titik Panas Misterius Muncul di Seluruh Bumi, Asal-usulnya Tak Jelas

1 Desember 2024 17:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Zona merah menandakan titik panas misterius. Foto: Journal PNAS
zoom-in-whitePerbesar
Zona merah menandakan titik panas misterius. Foto: Journal PNAS
ADVERTISEMENT
Semua orang mungkin tahu bahwa Bumi kita sedang memanas dengan laju yang sangat cepat. Kita tahu bahwa hal itu akan menimbulkan beberapa konsekuensi yang cukup mengerikan.
ADVERTISEMENT
Namun, sebuah studi baru menemukan, peningkatan suhu ini terjadi tidak merata, dengan beberapa titik panas mengalami kenaikan jauh melampaui apa yang dapat dijelaskan oleh model iklim saat ini.
“Ini tentang tren ekstrem yang merupakan hasil sebab akibat yang mungkin tidak sepenuhnya kita pahami,” papar Kai Kornhuber, penulis utama studi yang merupakan ilmuwan di Observatorium Bumi Lamont-Doherty di Columbia Climate School dan peneliti senior di International Institute for Applied Systems Analysis di Australia.
Saat ini, iklim di Bumi semakin menunjukkan anomali. Pada 2021, misalnya, kita melihat Pasifik Barat Laut dilanda panas ekstrem hingga menewaskan ratusan orang. Di Eropa, puluhan ribu orang meninggal akibat gelombang panas pada 2022 dan 2023.
Sementara di Jepang, cuaca panas pada 2018 dinyatakan sebagai bencana alam, dan tahun ini Afrika mengalami cuaca sangat panas sehingga sebagian wilayahnya terbakar. Sedangkan tempat lain mengalami peningkatan suhu jauh lebih kecil, atau bahkan sangat kecil.
ADVERTISEMENT
Seorang pria mengendarai sepedanya pada hari musim panas saat gelombang panas terjadi di Narela, New Delhi, India (29/5/2024). Foto: Priyanshu Singh/REUTERS
“Kami mengukur perubahan suhu ekstrem di seluruh dunia selama beberapa dekade terakhir, dan kami menemukan munculnya titik panas di mana suhu tertinggi menghangat secara signifikan lebih cepat daripada suhu yang lebih sedang,” jelas para peneliti dalam jurnal PNAS.
Ada beberapa faktor yang telah diidentifikasi: pertama meningkatnya suhu global akan membuat gelombang panas lebih mungkin terjadi di mana saja di dunia, dan studi sebelumnya yang dilakukan oleh Kornhuber dan rekannya mengidentifikasi “gangguan” dalam jetstream sebagai penyebab kekeringan dan gelombang panas di Eropa pada 2018.
Gangguan jetstream juga kemungkinan menjadi salah satu alasan gelombang panas di Pasifik Barat Laut pada 2021, diperparah oleh peningkatan suhu selama beberapa dekade yang telah mengeringkan vegetasi. Ditambah dengan kemungkinan kejadian anomali atmosfer, membuat iklim lokal kacau-balau dalam satu peristiwa yang sangat ekstrem, kata penulis penelitian Samuel Bartusek, mahasiswa pascasarjana Lamont-Doherty yang mempelajari gelombang panas pada 2021.
ADVERTISEMENT
Apa pun penyebabnya, studi ini memperjelas satu hal: kita tidak siap menghadapi apa yang akan terjadi di masa depan. Kita belum bisa sepenuhnya memprediksi seberapa buruk keadaan yang terjadi sehingga kita ada dalam bahaya.
“Karena sifatnya yang belum pernah terjadi sebelumnya, gelombang panas ini biasanya dikaitkan dengan dampak kesehatan yang sangat parah, dan dapat menjadi bencana bagi pertanian, vegetasi, dan infrastruktur,” Kornhuber memperingatkan. “Kita tidak diciptakan untuk menghadapinya, dan kita mungkin tidak dapat beradaptasi dengan cukup cepat.”