Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Topeng Monyet Dilarang Tampil karena Ancaman Zoonosis, Apakah Itu?
20 Mei 2018 12:17 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur mengeluarkan surat edaran mengenai topeng monyet . Mulai 18 Mei 2018, pertunjukan topeng monyet resmi dilarang di seluruh wilayah provinsi Jawa Timur .
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan dari pelarangan topeng monyet di Jawa Timur adalah karena adanya ancaman terjadinya zoonosis dari monyet kepada manusia .
Apa itu zoonosis dan benarkah ada ancaman zoonosis dari topeng monyet kepada manusia?
Tim kumparanSAINS menghubungi Dr. Diah Iskandriati, peneliti senior dan biosafety officer di Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor (PSSP-IPB) untuk menjawab pertanyaan ini. Sebelumnya, PSSP-IPB juga ikut terlibat dalam penelitian terkait agen penyakit apa saja yang ada pada topeng monyet di Jakarta pada tahun 2015.
“Zoonosis itu penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya,” jelas Atie, sapaan akrab Diah Iskandriati, saat dihubungi, Sabtu (19/5).
Atie setuju pada pernyataan BKSDA Jawa Timur bahwa topeng monyet membawa ancaman zoonosis kepada manusia.
ADVERTISEMENT
“Bisa saja, kan kita tidak tahu asal monyet yang digunakan untuk topeng monyet. Mereka (bisa) membawa agen penyakit yang bisa menularkan ke manusia.”
Topeng monyet dikhawatirkan menjadi sarana species-jumping, yaitu sarana penularan penyakit dari satwa primata, kemudian ditularkan lagi pada manusia, dan kemudian ke manusia lainnya. Atau bisa juga penularan diawali oleh manusia kepada monyet dan kemudian disebarkan lagi ke manusia.
Ada beberapa cara penyakit berpindah dari monyet ke manusia ataupun sebaliknya, misalnya melalui gigitan, cakaran, cipratan dari cairan tubuh, atau kontak dengan alat yang sudah terkontaminasi oleh penyakit.
Atie memberikan contoh beberapa penyakit yang bisa menular antar spesies. “Misalnya tuberkulosis (TBC).” TBC dapat ditularkan baik dari manusia ke monyet melalui udara, kontak dengan alat-alat yang terkontaminasi, ataupun melalui kotoran.
ADVERTISEMENT
Enterobacteria, seperti E. coli, juga menular dari monyet ke manusia dan sebaliknya. Bakteri ini dapat menular melalui kotoran dan menyebabkan diare serta gangguan pencernaan.
Contoh penyakit lain yang bisa menular antar spesies adalah campak. Campak termasuk dalam penyakit yang sangat mudah berpindah.
Monyet yang melakukan kontak dengan manusia yang terkena campak juga bisa ikut terinfeksi. Begitu pula sebaliknya, ancaman yang sama juga dapat terjadi pada manusia apabila melakukan kontak dengan monyet yang menderita campak.
Pelanggaran hak asasi hewan
Selain adanya ancaman penyebaran penyakit, Atie juga mengatakan pertunjukan topeng monyet melanggar hak kesejahteraan hewan yang digunakan untuk atraksi.
“Alasan lain pelarangan topeng monyet adalah dari segi kesejahteraan hewan. Hewan-hewan dilatih dengan paksa, kadang disiksa, dan sistem pengandangannya sangat tidak layak,” tutur Atie.
Menurutnya, dalam berinteraksi dengan hewan, baik itu sebagai hewan peliharaan, hewan uji coba, hewan ternak, dan lainnya, manusia wajib memperhatikan prinsip kesejahteraan hewan yang biasa juga disebut dengan five freedom .
ADVERTISEMENT
Dalam five freedom dikatakan hewan harus bebas dalam lima hal, yaitu bebas dari rasa haus dan lapar, bebas dari rasa tidak nyaman dan penyiksaan, bebas dari rasa sakit dan cedera, bebas mengekspresikan perilaku alaminya, dan bebas dari rasa takut dan tertekan.
Bagi kalian yang tinggal di wilayah Jawa Timur dan menemukan masih ada pertunjukan topeng monyet, kalian bisa melapor ke BKSDA Jawa Timur melalui narahubung 082232115200.