Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tulang 4.000 Tahun Ungkap Pembunuhan Brutal dan Kanibalisme Zaman Perunggu
17 Desember 2024 17:27 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Lebih dari 4.000 tahun lalu, sekitar 40 orang dibunuh dengan sangat kejam di sebuah wilayah yang kini dikenal sebagai Inggris . Analisis terbaru pada tulang-tulang korban mengungkap adanya tindakan menguliti, lidah dipotong, kepala dipenggal, daging diambil, isi perut dikeluarkan, hingga kanibalisme.
ADVERTISEMENT
“Ini memperlihatkan gambaran yang jauh lebih gelap dari periode yang diperkirakan banyak orang,” kata Rick Schulting, arkeolog di University of Oxford, dalam sebuah pernyataan. “Ini adalah pengingat yang jelas bahwa orang-orang di zaman prasejarah dapat menyamai kekejaman yang lebih baru.”
Schulting dan rekannya menerbitkan studi kerangka manusia ini di jurnal Antiquity pada Senin (16/12). Para arkeolog dilaporkan menemukan lebih dari 3.000 fragmen tulang di terowongan batu kapur sedalam 20 meter di lokasi Charterhouse Warren, Somerset, Inggris, pada 1970-an.
Terdapat 37 tulang manusia dengan kisaran usia bayi baru lahir hingga dewasa ditemukan di terowongan itu, dan penanggalan radiokarbon menunjukkan mereka meninggal 4.000 tahun lalu, selama Zaman Perunggu Awal (2200 hingga 2000 SM).
Setelah mengamati tulang-tulang yang terfragmentasi, peneliti menemukan fakta bahwa 30 persen tengkorak retak detik-detik kematiannya, menandakan mereka mengalami kematian yang mengerikan. Apa yang terjadi setelah mereka mati bahkan lebih mengerikan lagi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, para peneliti menemukan sekitar 20 persen tulang memiliki bekas sayatan, di mana sebagian besarnya dibuat dengan peralatan batu. Lokasi bekas sayatan itu menunjukkan adanya kekerasan yang dialami mayat.
Bekas sayatan pada tulang depan salah satu tengkorak menunjukkan adanya tindakan menguliti pada bagian kepala, sementara bekas sayatan panjang pada rahang menunjukkan lidah orang-orang itu dipotong, dan luka pada tulang rusuk mungkin disebabkan oleh tindakan mengeluarkan isi perut korban.
Ada enam orang yang memiliki bekas sayatan pada ruas tulang leher, yang berarti mereka mati dengan cara dipenggal. Tulang tangan dan kaki kecil mengalami fraktur hancur, sesuai dengan kebiasaan mengunyah manusia.
Banyaknya orang yang mati akibat kekerasan dan jenazah diperlakukan secara tidak lazim membuat peneliti yakin bahwa praktik ini tidak ada hubungannya dengan ritual pemakaman apa pun.
“Kehadiran 37 orang menunjukkan pembantaian sebagian besar masyarakat,” tulis peneliti. “Dalam kasus ini, kekerasan mungkin berlanjut pascakematian dan kemungkinan besar tujuannya bukan hanya untuk membasmi kelompok lain, tapi juga untuk ‘mengasingkan’ mereka dalam proses kematiannya.”
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, belum jelas alasan di balik pembunuhan massal dan kanibalisme brutal ini. Para peneliti menduga, tingkat kekerasan yang dialami korban menunjukkan adanya tindakan balas dendam, sebagai respons terhadap peristiwa kekerasan sebelumnya, atau bisa jadi orang-orang ini telah melanggar hukum berat.
“Kumpulan [tulang] dari Charterhouse Warren jelas menunjukkan tanda-tanda trauma perimortem [sekitar waktu kematian] bersama dengan sejumlah tanda penggunaan alat untuk membedah tubuh,” kata Anna Osterholtz, bioarkeolog di Mississippi State University yang tidak terlibat dalam penelitian sebagaimana dikutip Live Science.
“Kekerasan seperti ini sering kali memiliki fungsi sosial, karena tindakan kekerasan ketika dilakukan di depan khalayak, penting untuk pembentukan identitas kelompok dan negosiasi hubungan sosial.”
Studi terhadap sisa-sisa manusia Zaman Perunggu Awal ini belum selesai. Peneliti masih berusaha mengungkap lebih banyak informasi tentang peristiwa kelam dalam sejarah Inggris.
ADVERTISEMENT