Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Ular Ini Punya Cara Makan Aneh: Koyak Tubuh Kodok, Santap Organ Satu per Satu
1 Oktober 2020 8:07 WIB
ADVERTISEMENT
Nasib malang menimpa seekor kodok tatkala bertemu dengan ular kukri Asia di Thailand. Bagaimana tidak, ular itu menyantap kodok hidup-hidup dengan cara yang paling kejam: Mencabik tubuh mangsanya dengan giginya yang besar, kemudian mengeluarkan isi perut dengan cara memasukkan kepala ke dalam rongga perut.
ADVERTISEMENT
Ular itu lalu memakan organ itu satu per satu, dan meninggalkan mayat korban seperti dalam keadaan utuh.
Ya, cara makan ular kukri Asia memang tidak seperti ular pada umumnya yang menyantap mangsa dalam keadaan utuh. Apa yang dilakukan ular kukri juga berhasil membuat bingung para ilmuwan karena mereka tidak pernah menemukan cara makan ular seperti kukri Asia.
Ular kukri sendiri masuk dalam genus Oligodon. Dinamai kukri karena hewan ini memiliki gigi menyerupai kukri, senjata parang asal Nepal yang punya bentuk melengkung ke depan. Kabar baiknya, kukri tidak berbahaya bagi manusia.
“Saat kamu mendengar cerita dari ular kukri Asia, kamu akan sedikit senang karena ular ini tidak berbahaya bagi manusia,” ujar Henrik Bringsøe, ahli herpetologi dan naturalis sekaligus penulis utama studi seperti dikutip Live Science.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, gigitan ular ini bisa menyebabkan luka robek yang menyakitkan hingga mengeluarkan banyak darah akibat antikoagulan dari kelenjar ular. "Sekresi yang dihasilkan oleh dua kelenjar disebut kelenjar Duvernoy yang terletak di belakang mata ular, kemungkinan besar bermanfaat untuk mengekstraksi organ katak," jelas Bringsøe.
Pengamatan ular kukri dan kodok bintik hitam Asia
Untuk mengetahui lebih lanjut, Bringsøe bersama timnya melakukan serangkaian penelitian. Ia lantas mengamati pertempuran antara kukri Asia dengan kodok beracun yang disebut Duttaphrynus melanostictus atau dikenal sebagai kodok bintik hitam Asia.
Kodok bintik hitam Asia memiliki perawakan gemuk, kulit yang tebal, dengan panjang tubuh 57 hingga 85 milimeter. Bringsøe berhasil mengamati empat pertempuran utama yang melibatkan kodok dan ular kukri.
ADVERTISEMENT
Dalam pertempuran pertama yang terjadi pada 2016, kodok ditemukan dalam keadaan mati dengan kondisi perut yang terkoyak. “Tanah di sekitar tempat kejadian ditemukan bercak darah yang menandakan telah terjadi pertempuran yang membunuh kodok tersebut,” tulis para peneliti.
“Ular merobek tubuh kodok dengan mengayunkan kepalanya ke sisi kiri dan kanan, kemudian perlahan-lahan memasukkan kepalanya ke dalam luka yang menganga, mereka lalu mengeluarkan organ-organ seperti hati, jantung, paru-paru, dan bagian dari saluran pencernaan.”
Pertempuran kedua terjadi pada 22 April 2020 yang berlangsung hampir tiga jam. Kala itu, ular kukri tampak melancarkan serangan bertubi-tubi, si kodok mengeluarkan racun sebagai pertahanan diri. Itu berlangsung selama beberapa jam. Tapi kodok akhirnya menyerah dan berhasil ditaklukkan, ular kukri lantas memakan organ tubuh kodok saat ia masih bernapas.
ADVERTISEMENT
Pertempuran ketiga terjadi 5 Juni 2020. Namun, dalam perkelahian kali ini kukri tidak mengeluarkan organ dalam kodok, melainkan menyantapnya secara utuh. Sementara dalam pertempuran terakhir yang terjadi 9 Juni 2020, ular kukri lagi-lagi memakan kodok dengan cara yang sama, mengiris perut untuk melahap organ dalamnya.
Dalam penelitian itu ditemukan, kodok muda berpotensi menghasilkan racun lebih sedikit ketimbang kodok dewasa. Ini memungkinkan ular menelan tubuh kodok secara utuh. Kemungkinan lain adalah ular kukri kebal terhadap racun kodok. Peneliti menduga kukri mengeluarkan organ mangsanya karena tubuh korban terlampau besar untuk ditelan bulat-bulat.
Meski begitu, kata Bringsøe, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan dugaan peneliti selama ini. "Kami akan terus mengamati dan melaporkan ular yang menarik ini dengan harapan akan mengungkap lebih lanjut aspek menarik dari biologi mereka," kata Bringsøe dalam penelitian yang sudah diterbitkan di jurnal Herpetozoa.
ADVERTISEMENT