Video Eksperimen: High Density Crowd dan Kasus Sembako Maut di Monas

4 Mei 2018 11:42 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sembako Maut di Monas dan High Density Crowd (Foto: Tomy W Utomo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sembako Maut di Monas dan High Density Crowd (Foto: Tomy W Utomo/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Meninggalnya Mahesa Junaidi (12) dan Adinda Rizki (10) saat acara pembagian sembako di Monas telah meninggalkan duka mendalam bagi banyak pihak.
ADVERTISEMENT
Kejadian mengenaskan yang menimpa kedua bocah itu pada Sabtu, 28 April 2018, tentu menimbulkan tanda tanya besar: mengapa hal ini bisa terjadi?
Selain itu, ada pula pertanyaan penting lainnya yang perlu diajukan, yakni apa yang bisa kita pelajari dari peristiwa menyedihkan ini?
Berdasarkan penjelasan ilmiah, kerumunan seperti yang terjadi dalam acara bagi-bagi sembako di Monas itu memang rentan merenggut korban.
Menurut Stephen Reicher, profesor psikologi sosial di University of St. Andrews, jatuhnya korban di kerumunan ada hubungannya dengan kondisi High Density Crowd atau Kerumunan dengan Kepadatan Tinggi.
Semakin ada banyak orang di area per satu meter persegi dalam suatu kerumunan, semakin besar pula ancaman yang mengintai orang-orang di kerumunan tersebut. Orang-orang yang berada di kerumunan itu rentan mengalami sulit bergerak, sulit bernapas, terjatuh, bahkan tertimpa orang lainnya dan akhirnya meninggal.
ADVERTISEMENT
Penjelasan sekaligus eksperimen mengenai kondisi High Density Crowd ini secara lebih detail dapat dilihat pada video di bawah ini.