Viral Fenomena Laut Nyedot Air dari Langit, Apa itu Waterspout?

14 Februari 2022 13:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi fenomena cuaca puting beliung waterspout. Foto: Minerva Studio/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi fenomena cuaca puting beliung waterspout. Foto: Minerva Studio/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Netizen Twitter dihebohkan dengan postingan video yang memperlihatkan objek mirip angin puting beliung yang terbentuk di atas laut. Twit tersebut diposting oleh akun @SiNiel1 pada Minggu (14/2) lalu.
ADVERTISEMENT
"Laut nyedot air dari langit," tulis akun @SiNiel1 yang kicauannya sudah mendapat lebih dari 17 ribu like dan 4 ribu retweet.
Sayangnya, tidak ada penjelasan lebih lanjut di mana lokasinya. Kapan video tersebut diambil juga tidak diinformasikan.
Gambar tersebut bukan editan sinematografi. Fenomena alam itu punya namanya sendiri dalam sains, yakni waterspout atau puting beliung yang biasa terjadi di perairan. Agie Wandala Putra, Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menjelaskan bahwa waterspout terlihat seperti pusaran angin yang menghubungkan permukaan air dengan awan Cumulonimbus.
Dilansir dari The Conversation, waterspout adalah kanal udara yang berputar dan menyedot air (biasanya dari laut), serta membentuk saluran air berputar yang menghubungkan laut dengan awan. Durasi hidup waterspout sangat pendek, jarang ada yang bertahan lebih dari 5 menit setelah terbentuk.
ADVERTISEMENT
Waterspout tercipta ketika angin dari dua arah berlawanan bertemu di satu titik, atau garis. Di titik pertemuan tersebut—yang disebut garis konvergensi—akan bentrokan angin akan membentuk udara yang berputar-putar. Perputaran ini akan dimulai dari udara di permukaan, dan perlahan naik ke atas sampai terhubung ke awan.
Waterspout adalah ketika perputaran udara tadi terjadi di laut atau wilayah perairan. Beberapa kasus waterspout adalah puting beliung dataran yang bergeser ke laut. Waterspout akan menghisap air dan menyuplainya ke awan, dan dapat mengakibatkan hujan dan badai.
Dua waterspout tertangkap kamera. Foto: totajla/Shutterstock
Waterspout juga bisa lebih dari satu di lokasi yang berdekatan. Yakni ketika pertemuan angin tadi tidak membentuk titik tunggal, tapi garis yang memanjang ke samping. Hasilnya adalah barisan waterspout.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari National Ocean Service NOAA, ada dua kategori dari waterspout: Cuaca cerah (fair weather) dan tornado (tornadic).
Kategori pertama terbentuk di cikal bakal awan cumulus dan tidak berkaitan dengan badai. Waterspout cuaca cerah ini cenderung tidak ganas, dan terbentuk di kondisi angin sepoi-sepoi.
Sementara kategori yang kedua, waterspout tornado, identik dengan badai. Waterspout tornado ini bisa bergerak lebih jauh ke dataran membawa angin yang kuat dan petir yang intens.

Apakah waterspout berbahaya?

National Ocean Service NOAA mengatakan bahwa waterspout tidak berbahaya selama pusaran angin tetap berada di laut, yang hanya membahayakan kapal kecil yang kebetulan dekat dengan lokasi. Waterspout berpotensi bahaya jika angin memindahkannya dari perairan menuju dataran, dan mengancam permukiman layaknya puting beliung dataran.
ADVERTISEMENT
Untuk mengukur bahaya dari sebuah tornado dan sejenis, ilmuwan umumnya menggunakan skala Fujita.
Watersprout yang berada di skala terendah F0 dan F1 bisa diabaikan atau dapat menyebabkan kerusakan ringan. Namun beberapa waterspout bisa saja disertai dengan angin kencang dan hujan deras yang dapat mengganggu aktivitas di laut.
Waterspout, tambah Agie, layaknya puting beliung. Ia cukup umum di Indonesia. Frekuensinya dapat meningkat ketika jumlah Awan Cumulonimbus meningkat ketika musim peralihan (pancaroba).
"Namun tidak semua awan Cumulonimbus mampu menyebabkan terjadinya waterspout, kondisi atmosfer pun turut memengaruhinya, antara lain suhu muka laut hangat, tekanan udara yang relatif rendah, dan kelembapan udara yang tinggi," jelas Agie kepada kepada kumparanSAINS, Senin (14/2).
ADVERTISEMENT