Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Terkadang, hipertensi atau tekanan darah tinggi muncul tanpa adanya tanda-tanda atau gejala. Akibatnya, penderita hipertensi sering kali tidak menyadari bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Kondisi ini bisa membahayakan nyawa seseorang karena jika dibiarkan, dapat menyebabkan komplikasi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada pembacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara angka 90 mmHG mengacu pada diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah. Adapun tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHG.
Menurut Tunggul D. Situmorang, dokter spesialis penyakit dalam yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Indonesia Society of Hypertension (InaSH), di dunia medis hipertensi sering disebut sebagai “silent killer” atau “pembunuh senyap”, karena penyakit ini dapat muncul kapan saja, secara tiba-tiba, dan tidak bisa diprediksi, hingga menimbulkan komplikasi.
Sebagai contoh, ketika tekanan darah seseorang terlalu besar di dalam sistemm kardiovaskularnya, maka dinding pembuluh darah serta otot jantungnya bisa rusak dan menyebabkan serangan jantung. Komplikasi lain yang disebabkan oleh hipertensi adalah gagal ginjal dan stroke.
Menurut riset yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, sekitar 1,13 miliar orang di dunia mengidap hipertensi. Hasil riset itu juga menyebut bahwa 1 dari 4 laki-laki dan 1 dari 5 perempuan di seluruh dunia saat ini berisiko menderita hipertensi.
ADVERTISEMENT
"Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan terbanyak di seluruh dunia, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang sudah maju. Di mana, di setiap tahunnya diperkirakan 10 juta orang meninggal akibat penyakit ini," ujar Tunggul, dalam paparannya di Jakarta Pusat, Kamis (19/9).
Di Indonesia sendiri, hipertensi ada di urutan kelima sebagai penyakit penyebab kematian terbanyak. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementerian Kesehatan RI yang dilakukan pada tahun 2018, prevalensi penderita hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013 hingga 2018.
Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi di negeri ini tercatat sebesar 26,5 persen dari populasi usia dewasa, dan pada tahun 2018 naik menjadi 34,1 persen. Hipertensi ini merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal, yang mengharuskan pasien menjalani cuci darah.
ADVERTISEMENT
“Hipertensi juga disebut sebagai pintu masuk atau faktor utama yang menyebabkan penyakit jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke, dan banyak penyakit lainnya. Tapi stroke dan penyakit jantung jadi penyebab kematian akibat hipertensi tertinggi di Indonesia,” kata Tunggul.
Menurutnya, hipertensi yang menyebabkan serangan jantung dan stroke biasanya terjadi di rumah, dan serangan ini kerap tidak bisa diprediksi. Maka dari itu, penting bagi penderita hipertensi untuk mengubah gaya hidup dan melakukan pemeriksaan tekanan darah di rumah secara teratur.
Menjalani gaya hidup sehat sangat dianjurkan dan direkomendasikan sebagai bagian dari pengobatan hipertensi. Ini bisa dilakukan dengan cara olahraga teratur, konsumsi nutrisi yang seimbang dengan mengurangi asupan garam, gula, dan lemak, serta menjaga berat badan dan berhenti merokok, minum alkohol, dan menghindari stres.
ADVERTISEMENT