Waspada, Perubahan Iklim Bisa Bikin Kutub Antartika Meleleh Selamanya

5 Oktober 2020 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Es Gletser Thwaites Antartika Foto: International Thwaites Glacier Collaboration
zoom-in-whitePerbesar
Es Gletser Thwaites Antartika Foto: International Thwaites Glacier Collaboration
ADVERTISEMENT
Antartika menjadi salah satu sumber air tawar terbesar di dunia. Semuanya berbentuk lapisan dan bongkahan es besar di benua tersebut. Apa yang terjadi apabila semua es tersebut mencair?
ADVERTISEMENT
Hal itu bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Bahkan perilaku manusia yang dilakukan selama berada-abad menghasilkan pemanasan global yang membuat es di Antartika mencair dan mengalirkan air tersebut ke laut.
Jika pemanasan global dibiarkan, Antartika bisa mencair secara permanen dan berubah menjadi benua yang gersang. Berdasarkan studi yang dipublikasi di jurnal Nature (23/9), hal ini bisa menyebabkan Antartika terbebas dari es untuk pertama kalinya selama 30 juta tahun.
"Antartika pada dasarnya adalah warisan utama dari masa sebelumnya dalam sejarah Bumi. Sudah ada selama sekitar 34 juta tahun," kata salah satu penulis penelitian, Anders Levermann, peneliti di Potsdam Institute for Climate Impact Research (PIK) di Jerman.
Drake Icefall di Antartika Foto: Flickr/Christopher Michel
"Sekarang simulasi kami menunjukkan bahwa setelah mencair, ia tidak akan tumbuh kembali ke keadaan awalnya, hingga suhu kembali ke tingkat pra-industri, skenario yang sangat tidak mungkin. Dengan kata lain, apa yang akan hilang dari Antartika, akan hilang selamanya,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dalam risetnya, para peneliti menjalankan simulasi komputer untuk menyimulasikan bagaimana Antartika akan terlihat pada ribuan tahun ke depan. Ini bergantung pada tinggi suhu global rata-rata yang selalu meningkat, sebagai respons terhadap emisi gas rumah kaca modern. 
Hasilnya, jika suhu rata-rata naik 7,2 derajat Fahrenheit (4 derajat Celsius) di atas tingkat pra-industri selama periode waktu tertentu, es di Antartika Barat akan meleleh. Hal ini akan berdampak pada naiknya permukaan laut hingga 21 kaki (6,5 meter).
Kenaikan laut setinggi itu, diperkirakan akan menghancurkan kota-kota pesisir seperti New York, Tokyo, dan London. Hal ini akan menjadi kenyataan dalam beberapa dekade ke depan.
Sekarang saja, kenaikan suhu rata-rata global sebesar 9 derajat F (5 derajat C) sudah dianggap sebagai skenario pemanasan “kasus terburuk. Skenario lebih buruk bisa terjadi apabila tingkat emisi gas rumah kaca dibiarkan berlanjut hingga tahun 2100.
ADVERTISEMENT
Sebuah video singkat penelitian menggambarkan bagaimana hal tersebut terjadi dan benua mana saja yang akan hancur pertama kali jika Antartika mencair. Air laut akan masuk dari pantai menyisakan dataran hijau dan tebing berbatu.
Es Gletser Thwaites Antartika Foto: International Thwaites Glacier Collaboration
Namun bencana tersebut memang tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Efek tersebut baru akan terlihat sekitar 150.000 tahun. Namun peneliti memperingatkan soal kegagalan manusia dalam menangani emisi gas rumah kaca. Hal tersebut bisa memicu nasib buruk pada Antartika selama ribuan tahun yang akan datang.
Mencairnya es di Antartika, menyebabkan lempengan es berlabuh ke daratan dan mengambang bebas di atas lautan di sisi lain. Saat air laut dengan temperatur lebih rendah menyentuh es, air akan membawa lempengan es atau bongkahan yang lebih besar meluncur ke laut.
ADVERTISEMENT
Menurut sebuah studi tahun 2019 di jurnal Geophysical Research Letters, saat ini banyak lapisan es di Antartika Barat sudah mengalami pencairan semacam ini, dengan sekitar 25 persen es di kawasan terancam runtuh. Untuk itu, peneliti menyimpulkan bahwa nasib Antartika ada di tangan pembuat kebijakan saat ini.
Kesepakatan Iklim Paris (Paris Aggreement), yang disetujui oleh 73 negara pada 2015, bertujuan untuk membatasi suhu rata-rata planet agar tidak naik lebih dari 2,7 F (1,5 C). Namun kesepakatan ini dihentikan oleh Amerika Serikat pada 2017 saat pemerintahan Donald Trump. Padahal kesepakatan ini bisa membantu mencegah efek terburuk perubahan iklim.
Berdasarkan laporan PBB yang diterbitkan awal bulan ini, memperingatkan bahwa dunia saat ini tidak berada di jalur yang tepat untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam Kesepakatan Paris. Terutama kamera suhu global rata-rata kini sekitar 2 F (1,1 C) di atas tingkat pra-industri antara 2016 dan 2020.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada kemungkinan 20 persen suhu rata-rata pemanasan global tahunan akan meningkat lebih dari 2,7 F (1,5 C), setidaknya untuk sementara, pada tahun 2024.