Waspada! Sinar Matahari Sebabkan Bahan Kimia Beracun Keluar dari Botol Plastik

29 Juni 2024 16:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cuaca panas. Foto: Miguel MEDINA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca panas. Foto: Miguel MEDINA / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mulai hari ini jangan simpan botol minum di bawah sinar Matahari, karena ternyata bahan kimia beracun bisa keluar dan membahayakan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Hal ini terungkap dalam studi baru yang menunjukkan bahwa botol air mineral plastik yang terkena sinar Matahari bisa rusak dan mengeluarkan berbagai macam senyawa organik yang mudah menguap (VOC).
VOC merupakan bahan kimia yang mudah menguap pada suhu ruangan dan dapat ditemukan di banyak produk, termasuk bahan bakar, pelarut, cat, dan produk pembersih. Bahan ini juga dapat ditemukan pada plastik seperti yang digunakan untuk membuat botol air minum dan kemasan makanan. Banyak di antaranya tidak berbahaya, tapi ada juga yang punya dampak buruk terhadap kesehatan dalam jangka pendek maupun panjang.
Dalam studi baru yang terbit di jurnal Eco-Environment & Health, para ilmuwan di China mencoba menempatkan enam jenis botol air plastik di bawah sinar UV A dan sinar Matahari. Hasilnya, mereka menemukan bahwa proses tersebut dapat melepaskan campuran VOC kompleks pada kemasan, termasuk alkana, alkena, alkohol, aldehida, dan asam. Ada juga beberapa bukti VOC yang sangat beracun, termasuk karsinogen seperti n-hexadecane.
ADVERTISEMENT
Peneliti menemukan, meski bahaya meminum satu kali air kemasan sangatlah kecil, namun jika terus berulang dan berlangsung lama ini akan berisiko menyebabkan gangguan kesehatan kumulatif.
“Temuan kami memberikan bukti kuat bahwa botol plastik jika terkena sinar Matahari dapat melepaskan senyawa beracun yang menimbulkan risiko kesehatan. Konsumen perlu mewaspadai risiko ini, terutama di lingkungan di mana air kemasan terkena sinar Matahari dalam waktu lama,” ujar Dr. Huase Ou, peneliti utama dari Guangdong Key Laboratory of Environmental Pollution and Health di Jinan University di China, sebagaimana dikutip IFL Science.
Kendati begitu, peneliti menegaskan bahwa risiko kesehatan yang ditimbulkan memang relatif rendah karena jumlah bahan kimia yang dilepaskan dari botol relatif kecil.
Batasan konsumsi air mineral. Foto: Thinkstock
“Mengingat berat rata-rata sebuah wadah (sekitar 20 gram), jumlah VOC yang menguap dari satu wadah hanya beberapa nanogram saja. Artinya, bahkan setelah botol terpapar dalam jangka waktu lama, membuka dan mengonsumsi air minum dari wadah botol tersebut hanya menimbulkan risiko kesehatan yang rendah bagi kita,” tulis peneliti.
ADVERTISEMENT
Adapun semua botol dalam penelitian ini terbuat dari polietilen tereftalat (PET), salah satu plastik yang paling umum digunakan. Namun beberapa botol dibuat menggunakan komposisi dan konsentrasi VOC yang bervariasi. Hal ini tampaknya terkait dengan proses produksi yang bervariasi dan bahan tambahan yang berbeda.
Pelepasan bahan kimia dari botol ini kemungkinan besar disebabkan oleh proses yang disebut fotodegradasi, di mana struktur plastik terurai sebagai respons terhadap cahaya. Sinar Matahari bukanlah satu-satunya hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal keamanan botol plastik.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa membiarkan air dalam botol plastik selama satu hari dapat menyebabkan ratusan bahan kimia meresap ke dalam air minum. Beberapa zat tersebut diduga berpotensi menimbulkan efek berbahaya bagi kesehatan, termasuk bersifat karsinogen atau pengganggu endokrin yang berdampak buruk pada sistem hormonal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa memanaskan botol plastik bisa menyebabkan konsekuensi berbahaya. Penelitian pada 2020 menemukan, antara 1,3 hingga 16,2 juta partikel mikroplastik per liter dilepaskan ke dalam botol bayi selama proses sterilisasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Di abad ke-21, masalah sampah plastik ini memang menjadi semakin menakutkan. Mikroplastik dapat ditemukan dari yang terdekat sampai ujung dunia, alias dari penis manusia hingga es Antartika. Kini, mikroplastik dianggap menjadi ancaman nyata bagi planet Bumi dan kelangsungan seluruh makhluk hidup di seluruh dunia.