WHO: Belum Ada Vaksin untuk Obati Coronavirus, Virus Baru di China

20 Januari 2020 12:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Tanggap Darurat Hygiene Wuhan melakukan pencarian di Pasar Makanan Laut Haunan yang tutup di Kota Wuhan, Hubei, China. Foto: AFP/NOEL CELIS
zoom-in-whitePerbesar
Tim Tanggap Darurat Hygiene Wuhan melakukan pencarian di Pasar Makanan Laut Haunan yang tutup di Kota Wuhan, Hubei, China. Foto: AFP/NOEL CELIS
ADVERTISEMENT
Wabah virus misterius yang awalnya muncul di Wuhan, China, terus menyebar ke kota-kota lain, seperti Beijing dan Shenzhen. Virus yang teridentifikasi sebagai novel coronavirus (CoV) tersebut bahkan sudah menyebar hingga ke Thailand dan Jepang.
ADVERTISEMENT
Pada Senin (20/1), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan ada 139 kasus terkait coronavirus, virus penyebab penyakit pernapasan, di Wuhan, Beijing, dan Shenzhen. Jumlah kasus ini terjadi selama dua hari terakhir.
Coronavirus diketahui masih satu keluarga dengan MERS-CoV dan SARS-CoV. Pada dasarnya, coronavirus berasal dari binatang yang pindah ke manusia dan 80 persen penyakit baru berasal dari zoonosis.
Saat menyerang manusia, coronavirus bisa menimbulkan beberapa gejala umum, seperti demam, batuk, sesak napas dan kesulitan bernapas. Yang lebih parah, infeksi virus ini juga menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, hingga kematian.
Dua orang warga usai menjalani perawatan di Pusat Perawatan Medis Wuhan, China. Foto: AFP/NOEL CELIS
Sayangnya, penyakit yang disebabkan coronavirus tak bisa dicegah melalui vaksin. Sebab menurut WHO, belum ada vaksin untuk novel coronavirus.
“Ketika suatu penyakit baru muncul, tentu tidak ada vaksin yang tersedia sebelum ada satu yang dikembangkan. Butuh beberapa tahun untuk pengembangan vaksin baru,” terang Maria Van Kerkhove, selaku Kepala Bagian Epidemologi Penyakit Menular di WHO.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi coronavirus adalah dengan menjaga higienis dan sanitasi makanan. Misalnya, mencuci tangan dengan sabun, menutup mulut saat bersin dan batuk, serta memasak daging dan telur hingga matang.
Kerkhove mengingatkan bahwa penyebaran coronavirus juga bisa terjadi dari manusia ke manusia.
“Beberapa (kasus) coronavirus dapat ditularkan dari orang ke orang, biasanya setelah melakukan kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi, misalnya, di tempat kerja rumah tangga, atau pusat perawatan kesehatan,” ujarnya.
Pasien yang menderita penyakit pernapasan akibat coronavirus, kata Kerkhove, biasanya akan mendapat penanganan medis berdasarkan gejala klinis yang mereka alami. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa belum ada pengobatan khusus untuk jenis penyakit yang disebabkan coronavirus.
ADVERTISEMENT