WHO Minta Warga Dunia Setop Serang Monyet Gara-gara Wabah Cacar Monyet

13 Agustus 2022 9:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi monyet. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi monyet. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak masyarakat dunia untuk tidak menyerang monyet di tengah wabah. Permintaan tersebut disampaikan menyusul adanya laporan primata diracun dan dibunuh di Brasil.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, 10 monyet di Brasil yang spesiesnya terdiri dari marmoset dan capuchin dilaporkan mengalami tanda-tanda keracunan atau luka pada Minggu (7/8) lalu. Tujuh di antaranya mati, sementara sisanya kini dirawat di kebun bintang di São José do Rio Preto yang terletak di negara bagian São Paolo, Brasil.
Monyet, kata WHO, tidak bisa disalahkan atas cacar monyet yang tengah mewabah di sejumlah negara. Meski namanya begitu, risiko penularan cacar monyet selama wabah berpusat pada manusia, bukan hewan.
"Yang perlu diketahui orang dengan sangat jelas adalah penularan yang kita lihat terjadi di antara manusia," kata juru bicara WHO, Dr. Margaret Harris, pada konferensi pers di Jenewa, Swiss, pada Selasa (9/8), seperti dikutip The New York Times.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi monyet masuk permukiman. Foto: Shutter Stock
Cacar monyet dinamakan demikian setelah virus pertama kali ditemukan pada sekelompok monyet laboratorium di Denmark pada 1985. Namun, kata Harris, justru hewan pengerat yang dianggap sebagai hewan inang utama untuk virus tersebut.
Beberapa ilmuwan kesehatan dunia sendiri telah menyerukan nama baru untuk penyakit ini, dengan alasan rasis hingga stigmatisasi. Mereka mengatakan nama tersebut dapat memiliki efek yang berpotensi 'menghancurkan dan stigmatisasi' atau secara keliru menghubungkan virus hanya dengan benua Afrika.
Harris mengatakan WHO tengah dalam pembicaraan lebih lanjut tentang nama yang tepat untuk virus ini. Ia mengaku hasil diskusi akan diumumkan dalam waktu dekat.
"Stigmatisasi apa pun terhadap orang yang terinfeksi akan meningkatkan penularannya," ujar Harris. "Karena jika orang takut mengidentifikasi diri mereka terinfeksi, maka mereka tidak akan mendapatkan perawatan dan mereka tidak akan mengambil tindakan pencegahan dan kita akan melihat lebih banyak penularan."
ADVERTISEMENT
Kasus pertama cacar monyet menginfeksi manusia diidentifikasi pada 1970. Pasiennya seorang anak laki-laki berusia 9 bulan yang tinggal di Republik Demokratik Kongo.
Ilustrasi Cacar Monyet (Monkeypox) pada Anak. Foto: MIA Studio/Shutterstock

Cacar Monyet Darurat Global

WHO sudah mendeklarasikan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global pada Juli 2022. Berdasarkan data lembaga Centers for Disease Control and Prevention (CDC) per 11 Agustus 2022, total kasus konfirmasi cacar monyet di dunia mencapai 31.799.
Di Indonesia, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Maxi Rein Rondonuwu menyebut saat ini kembali muncul suspek kasus cacar monyet. Ada 18 suspek yang ditemukan di Indonesia, dengan 17 orang di antaranya sudah discarded atau dari hasil pemeriksaan terbukti negatif penderita cacar monyet.
Sementara itu satu orang lainnya masih dalam kondisi suspek atau dicurigai cacar monyet. Kasus suspek ini diketahui berada di Cilegon.
ADVERTISEMENT
“Yang satu lagi kita masih dalami yang di Cilegon, dia isolasi di rumah karena gejala ringan, tapi dipantau Puskesmas," jelas Maxi di gedung Kemenko Perekonomian pada Kamis (11/8).