Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Tim eSports asal Myanmar yang juga finalis M2 Mobile Legends , Burmese Ghouls, mengecam kudeta militer yang sedang terjadi di 'Negeri Pagoda Emas' saat ini.
ADVERTISEMENT
Tensi politik di Myanmar memang tengah panas akibat kudeta yang dilakukan pihak militer terhadap pemimpin yang yang terpilih melalui pemilihan umum.
Selain beberapa tokoh ditangkap, pihak militer juga memutus jaringan internet di daerah-daerah penting pendudukan seperti Yangon dan ibukota, Naypyidaw.
Melalui sosial media resmi tim, Burmese Ghouls telah menyatakan sikap terkait kejadian tersebut. Mereka mengecam tindakan yang telah dilakukan angkatan bersenjata Myanmar.
“Terkait situasi di Myanmar saat ini, kami mengumumkan bahwa pemerintahan yang kami pilih pada pemilu 2020 adalah satu-satunya pemerintahan yang sah dan kami mengutuk aksi kediktatoran yang merebut kekuasaan negara tanpa persetujuan rakyat,” tulis Burmese Ghouls di Instagram.
Selain itu, Burmese Ghouls mengaku tidak akan melanjutkan karier mereka dengan tidak mengikuti setiap kompetisi yang ada jika militer masih menguasai negara.
ADVERTISEMENT
“Kami tidak akan berpartisipasi di kompetisi yang didukung oleh para diktator. Dan kami berdiri dengan para insinyur, dokter, dan pelayan publik yang secara damai menolak para diktator,” lanjutnya.
Burmese Ghouls adalah runner up di M2 Mobile Legends, mereka bisa sampai ke panggung final setelah mengalahkan tim asal Indonesia, RRQ Hoshi.
Sementara wakil Filipina, Bren Esports, yang menjadi penantang di final berhasil memberikan perlawanan sengit dalam gim best of 7 dan keluar sebagai juara.