Fictor Roring: Level Korea Selatan Dua Tingkat di Atas Indonesia

15 Agustus 2018 0:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tip-off pertandingan basket Asian Games 2018 antara Indonesia dan Korea. (Foto: ANTARA/INASGOC/Rocky Padila)
zoom-in-whitePerbesar
Tip-off pertandingan basket Asian Games 2018 antara Indonesia dan Korea. (Foto: ANTARA/INASGOC/Rocky Padila)
ADVERTISEMENT
Timnas Basket Indonesia menelan kekalahan telak saat melakoni pertandingan pertama mereka di Asian Games 2018. Berhadapan dengan Korea Selatan (Korsel) di Hall A Gelora Bung Karno (GBK) pada Selasa (14/8/2018) malam WIB, Indonesia takluk dengan skor 65-104.
ADVERTISEMENT
Padahal, baru dua bulan lalu Indonesia dan Korsel bertemu di ajang William Jones Cup 2018 yang berlangsung di Taiwan. Pada pertandngan tersebut, Indonesia mampu bermain hingga babak over time, meski akhirnya kalah dengan skor 86-92.
Sayangnya, penampilan apik itu tidak berlanjut di ajang Asian Games meski bermain di depan pendukung sendiri. Sejak kuarter pertama, pelatih Fictor Gideon Roring tak henti-hentinya berkacak pinggang dan menggelengkan kepala saat para pemainnya melewatkan peluang mencetak poin.
Suara pendukung Indonesia yang mengekspresikan kekecewaan pun tak henti-hentinya terdengar karena pertahanan Indonesia begitu mudah ditembus. Sekalinya mencetak dua poin, dibalas enam poin oleh Korsel. Tak mengherankan jika margin poin kedua tim begitu mencolok.
Coach Ito, sapaan akrab Fictor Roring, mengaku bahwa kualitas Indonesia dan Korsel berbeda jauh. Terlebih, di laga ini Indonesia tidak diperkuat oleh Kore White seperti ketika bermain di William Jones Cup. Ito tak menampik pemainnya kebingungan di sepanjang laga.
ADVERTISEMENT
"Waktu itu ada Kore White yang posisinya di center, seorang big man. Mungkin kalau ada dia, kami bisa tahan center Korsel, Ricardo Preston Ratliff. Tapi, sekarang susahnya setengah mati," kata Ito mengawali kepada wartawan di mixed zone Hall A GBK.
"Saya rasa, hasil ini sesuai prediksi. Korsel itu tim kuat, mereka punya line-up pemain yang dalam dan kuat. Dia punya penembak-penembak jitu terbaik di Asia dan sangat sulit buat kami. Jujur, mereka itu bukan hanya satu kelas di atas kami, tapi dua kelas di atas kami," tambahnya.
Buruknya penampilan Indonesia khususnya dalam pertahanan bisa terlihat jelas dalam statistik. Jika Korsel bisa melakukan rebound sebanyak 41 kali, maka Indonesia hanya 26. Arki Wisnu dan kolega pun total melakukan 21 turn over yang membuat Korsel bisa mencuri 28 poin.
ADVERTISEMENT
Pelatih timnas basket 5 on 5, Fictor Gideon Roring (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih timnas basket 5 on 5, Fictor Gideon Roring (Foto: Karina Nur Shabrina/kumparan)
Masalah Indonesia kian pelik jika menilik kemampuan mereka dalam menyerang. Tercatat, hanya 14 assist yang bisa mereka lepaskan, sedangkan Korsel melepas 31 assist. Angka ini menunjukkan bahwa motion offense (aliran bola) Korsel lebih baik dan tak bisa dihentikan oleh Indonesia.
Ito sekali lagi tak menampik perbedaan kualitas pemain menjadi salah satu penyebabnya. Namun, Ito tak mau larut dalam kekalahan dan segera mengalihkan fokus untuk menghadapi Thailand di pertandingan kedua pada Senin (20/8).
"Mengalahkan tim sebagus itu dan mengatasi pemain dengan badan setinggi Ratliffe bukan pekerjaan yang gampang. Makanya, waktu dari awal tim ini dibentuk, saya minta pemain yang tinggi, besar, dan jago untuk bisa mengimbangi lawan. Dengan kualitas pemain lokal yang ada, Indonesia memang sangat kesulitan," ujar Ito.
ADVERTISEMENT
"Hasil akhir pasti tidak puas, tidak ada yang puas kalau kalah. Tapi, mudah-mudahan kami bisa belajar untuk pertandingan selanjutnya. Itu yang penting supaya bisa lolos ke babak selanjutnya karena sudah menjadi target. Hari ini kalah tidak apa-apa. Saya rasa, ada dua pertandingan penting di depan yang harus kami perjuangkan mati-matian," pungkasnya.