Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kisah Perjuangan Berat Ni Nengah Widiasih hingga Raih Perak di Paralimpiade 2020
27 Agustus 2021 14:36 WIB
ยท
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Widiasih turun di nomor 41 kilogram (kg) putri pada Kamis (26/8/2021). Atlet 28 tahun tersebut mengalungi medali perak usai berhasil membuat total angkatan 98 kg.
Sang kakak, Gede Suantaka, turut berbangga dan berbagi kisah tentang adik kandungnya tersebut. Menurutnya, Widiasih memang telah giat berlatih sejak masih sekolah, makanya bisa berprestasi di level senior.
Gede menuturkan, Widi lahir di Banjar Bukit, Desa Sukadana, Kabupaten Karangasem, Bali pada 12 Desember 1992. Pada usia 3 tahun, ia menderita polio, sehingga kedua kakinya tak berfungsi normal dan harus beraktivitas dengan kursi roda.
Namun, kondisi itu tak membuat Ni Nengah Widiasih patah arang. Pada tahun 2000 atau saat menginjak usia 8 tahun, ia berani merantau ke Yogyakarta dan tinggal di sebuah yayasan yang menampung penyandang disabilitas.
ADVERTISEMENT
"Sejak kecil orangnya penuh semangat dan pekerja keras," kata Suantaka menceritakan sosok Widiasih saat dihubungi wartawan, Jumat (27/8).
Dua tahun kemudian, Widiasih pulang ke Bali dan tinggal di asrama Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Jimbaran, Bali dan bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Di sanalah, ia mengenal dan jatuh cinta pada olahraga angkat berat. Ia berlatih tanpa banyak mengeluh sambil dibantu oleh guru SLB berinisial B.
"Perjuangan yang tidak mudah, dari latihan dia kan harus sekolah, datang dari sekolah harus latihan sampai malam. Kadang latihannya kan bukan di tempat khusus latihan seperti itu. Kadang latihannya di tempat gym, orang orang melihatnya juga aneh kadang," kata Suantaka.
Ni Nengah Widiasih akhirnya bertanding pada Kejuaraan Nasional Angkat Berat pada 2006 yang saat itu digelar di Bali. Ia meraih medali emas dalam kejuaraan tersebut.
ADVERTISEMENT
Widiasih lalu masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas) angkat berat di Solo untuk mengikuti ASEAN Paragames di Provinsi Nakhon Ratchasima, Thailand, pada 2008. Ia memperoleh medali perunggu.
Tahun berikutnya, Widiasih kembali mengikuti ASEAN Paragames di Malaysia dan meraih medali perak. Tercatat, ia juga pernah meraih perak Asian Paragames pada 2014 dan 2018, juga perunggu Kejuaraan Dunia 2014.
Teranyar, Widiasih merebut perak di Paralimpiade Tokyo 2020. Tak pelak, Suantaka dan segenap keluarga lain bangga.
"Pasti senang dan bangga, ya. Karena sudah bisa mengharumkan nama Indonesia," tutur Suantaka.
"Sampai ia bisa memperoleh medali perak di Paralimpiade Tokyo 2020 itu sudah sangat luar biasa. Kami bangga," tambahnya.
Lebih lanjut, Suantaka berharap pemerintah terus memperhatikan atlet disabilitas. Bagi dia, perjuangan Ni Nengah Widiasih dan penyandang disabilitas lain bertujuan untuk mengharumkan nama Indonesia.
ADVERTISEMENT
Suantaka bersama keluarganya sudah tak sabar menunggu kedatangan Widi dari Paralimpiade Tokyo 2020. Widi diperkirakan menginjak Bali pada 6 atau 8 September 2021.