Mari Sudahi Pembahasan Body Shaming Nurul Akmal

7 Agustus 2021 14:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atlet angkat besi wanita, Nurul Akmal pada Olimpiade Tokyo 2020, Senin (2/8/2021). Foto: Edgard Garrido/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Atlet angkat besi wanita, Nurul Akmal pada Olimpiade Tokyo 2020, Senin (2/8/2021). Foto: Edgard Garrido/REUTERS
ADVERTISEMENT
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Begitu Presiden Indonesia pertama, Ir. Sukarno, berpesan ketika memperingati Hari Pahlawan pada 10 November 1961.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana jika menghargai jerih payah para pahlawan saja tak mampu, apakah ini menandakan kita bukanlah bangsa yang besar?
***
Olimpiade 2020 akhirnya dibuka pada 23 Juli 2021 setelah tertunda setahun akibat pandemi virus corona. Indonesia mengirimkan 28 atlet untuk berlaga di delapan cabang olahraga.
Satu hal yang harus dipahami adalah untuk bisa berkompetisi di ajang sekelas Olimpiade, para atlet harus melalui serangkaian turnamen sebagai ajang kualifikasi.
Bulu tangkis misalnya, 11 atlet dari lima nomor yang berlaga di Olimpiade 2020, harus memenuhi persyaratan pengumpulan poin yang didapatkan dari turnamen. Jadi, 'hanya' untuk bisa lolos ke Olimpiade saja butuh perjuangan keras, sehingga tak elok rasanya jika kemudian atlet yang gagal dicap merusak reputasi.
Nurul Akmal dari Indonesia dan Rio Waida dari Indonesia memimpin kontingen Indonesia dalam parade atlet saat upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Jepang (23/7/2021). Foto: Hannah McKay/REUTERS
Ketika berlaga di ajang sebesar Olimpiade, tak hanya teknis yang berbicara, persoalan psikis juga bisa jadi penentu hasil akhir. Belum lagi, tekanan dari lawan yang merupakan perwakilan terbaik dari tiap negara.
ADVERTISEMENT
Dari sejumlah faktor itu, sudah sepatutnya perjuangan duta-duta Indonesia di Olimpiade mendapat apresiasi. Karena, itu tadi, perjuangan dan pengorbanan mereka begitu besar untuk bisa mengharumkan nama bangsa.
Kendati demikian, tak semua pihak tampaknya paham akan kondisi tersebut. Body shaming yang menimpa atlet angkat besi putri, Nurul Akmal, setidaknya bisa menjadi cerminan masih ada saja pihak-pihak yang tak memiliki empati terhadap perjuangan atlet.
Sekretaris Menteri Pemuda dan Olahraga (Sesmenpora) Gatot S Dewa Broto mengutuk keras perlakuan body shaming terhadap Nurul. Hal itu dilihatnya sebagai tindakan merendahkan olahragawan.
Coach Dirdja Wihardja (kiri) bersama Rosan Roeslani (tengah) dan Nurul Akmal (kanan). Foto: Dok pribadi Dirdja Wihardja
Ya, celetukan 'yang paling kurus' ketika Nurul berfoto dalam acara penyambutan atlet di Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (5/8) dini hari WIB, terasa begitu miris. Sudah salah ucapan, salah tempat pula.
ADVERTISEMENT
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari meminta semua pihak dapat menciptakan lingkungan kondusif dan positif untuk Nurul. Jangan sampai, exposure berkonotasi negatif secara terus-menerus dapat mengganggu kondisi psikologis atlet.
“Saya baru menelepon Amel (sapaan akrab Nurul), dia dalam keadaan sehat. Namun, ia mengaku cukup terganggu dengan pemberitaan yang terjadi baru-baru ini,” kata Okto dalam keterangan resminya, Sabtu (7/8).
ADVERTISEMENT
“Namun, Amel memiliki jiwa yang sangat lapang. Dia menganggap perkataan itu bercandaan dan memaafkan perkataan oknum tersebut. Dia meminta untuk tidak dibesar-besarkan lagi, sehingga mari kita semua menyetopnya. Kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk tidak meremehkan orang lain, dalam bentuk apa pun. Apalagi, jika orang tersebut tak kenal dan tak tahu bagaimana perjuangan Amel,” katanya.
Atlet angkat besi wanita, Nurul Akmal pada Olimpiade Tokyo 2020, Senin (2/8/2021). Foto: Edgard Garrido/REUTERS
Bagaimana Nurul menyikapi peristiwa ini?
Lifter asal Aceh ini berbesar hati menerima perlakuan tak menyenangkan itu. ia pun meminta agar pembahasan soal body shaming terhadap dirinya disudahi.
Dan, akankah dengan kejadian ini membuat kita jadi lebih bisa menghargai jerih payah para atlet, sang pahlawan bangsa, yang telah berjuang di medan laga? Semoga.
ADVERTISEMENT