Menerka Kekuatan Wakil Indonesia di Kompetisi Asia Musim Depan

28 November 2017 20:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perayaan juara Bhayangkara FC. (Foto: Dok. Media Bhayangkara)
zoom-in-whitePerbesar
Perayaan juara Bhayangkara FC. (Foto: Dok. Media Bhayangkara)
ADVERTISEMENT
Empat dari lima klub yang didaftarkan PSSI ke AFC untuk mengikuti kompetisi di tingkat Asia masih harap-harap cemas. Pasalnya, Bhayangkara FC dan PSM Makassar yang finis di posisi satu dan tiga klasemen akhir Liga 1 tidak lolos verifikasi lisensi klub AFC. Dan hanya Bali United yang tengah duduk manis menanti kepastian terkait kompetisi apa yang akan mereka arungi tahun depan, Liga Champions Asia atau AFC Cup.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari ketidakpastian itu, harus ada hitung-hitungan untuk –setidaknya-- menerka sejauh mana kelima klub tersebut dapat bertahan di kompetisi Asia.
Bila merujuk pada kekuatan di Liga 1 musim lalu, meski berhasil menjadi kampiun, kekuatan Bhayangkara FC untuk musim depan masih diragukan. Perginya Evan Dimas tentu akan mengurangi kekuatan The Guardian di lini tengah. Kemampuan Evan dalam mengatur ritme pertandingan, akan membuat stabilitas lapangan tengah Bhayangkara sedikit terganggu.
Selain harus kehilangan jenderal lapangan tengah, musim depan, Bhayangkara FC harus siap untuk kehilangan pemain andalan mereka di bawah mistar gawang, Awan Setho Raharjo, yang kontraknya belum kunjung diperpanjang.
Jika melihat data di situs resmi Liga 1, kedua pemain ini berkontrinbusi besar atas keberhasilan Bhayangkara FC di Liga 1. Umpan sukses yang mencapai 81% dan 111 penyelamatan yang tercatat menggambarkan bahwa kekuatan The Guardian berasal di posisi yang diisi oleh kedua pemain tersebut.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana dengan Bali United? Meski bergerak cepat mempertahankan beberapa pemain kuncinya, kepergian mesin gol mereka musim lalu, Sylvano Dominique Comvalius, sudah pasti akan memengaruhi ketajaman "Serdadu Tridatu".
Bali United (Foto: Nyoman Budhiana/ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Bali United (Foto: Nyoman Budhiana/ANTARA)
Setengah gol yang ditorehkan Bali United musim 2017 ini, berasal dari Comvalius. Bila ingin menunjukkan tajinya di kancah Asia, Bali United harus segera menemukan pemain yang lebih, atau setidaknya sama tajamnya, dengan pemain asal Belanda ini.
Selain tajam di lini depan, sebenarnya Bali United memiliki pertahanan yang tangguh. Terhitung 113 penyelamatan, 646 tekel sukses, dan 87 blok berhasil dicatat barisan pertahanan Bali. Dengan berhasil mempertahankan Wawan Hendrawan, gawang Bali United musim depan sudah dipastikan aman.
Serupa dengan Bali United, Persija Jakarta menumpuk kekuatannya di lini belakang. Menjadi klub paling sedikit kebobolan di Liga 1 sudah cukup membuktikan bagaiamana lini tengah dan lini belakang berkoordinasi dengan baik. Sistem pertahanan yang diterapkan Stefano “Teco” Cuggura membuat lini belakang Macan Kemayoran serupa Great Wall of China, kokoh dan tak ada celah.
ADVERTISEMENT
Persija pada laga kontra Semen Padang. (Foto: ANTARA/Risky Andrianto)
zoom-in-whitePerbesar
Persija pada laga kontra Semen Padang. (Foto: ANTARA/Risky Andrianto)
Bila berhasil mendaratkan Riko Simanjuntak dan Arthur Bonai, musim depan, Persija akan lebih banyak “berbicara” di Liga 1 dan AFC Cup –bila ditunjuk menjadi wakil Indonesia di kompetisi Asia. Pun dengan tambahan pemain-pemain anyar lain, plus dengan bertahannya pilar andalan mereka.
Bila Bali United dan Persija mengandalkan kekuatan lini belakang untuk mengarungi kompetisi, tidak dengan PSM Makassar. Di lihat dari total tembakan yang mencapai 400 kali dan 204 diantarannya tepat mengarah ke gawang, lini depan PSM begitu ganas di depan gawang lawan. Tidak mengandalkan kemampuan individu dan bermain secara kolektif menjadi kunci dari tajamnya lini depan PSM.
Musim depan, dengan bertahannya beberapa pemain kunci seperti Willem Jan Pluim dan Ferdinand Alfred Sinaga, ketajaman "Juku Eja" jangan dipertanyakan. Namun, Robert Rene Alberts jangan lupa jika di bawah mistar gawang mereka masih lemah. Ini dapat dibuktikan dari minimnya penyelamatan yang dilakukan penjaga gawang PSM Makassar musim lalu, tercatat hanya 85 penyelamatan yang berhasil dilakukan.
ADVERTISEMENT
Jumlah penyelamatan ini terhitung kecil bila disandingkan dengan empat klub yang finis di lima besar klasemen akhir Liga 1. Untuk itu, dengan menambah kekuatan di bawah mistar gawang, bukan tidak mungkin PSM akan mencapai hasil yang lebih baik di Liga 1 dan AFC Cup –jika mereka lah yang mewakili Indonesia-. Kebetulan PSM digosipkan tengah mengincar kiper Mitra Kukar, Shahar Ginanjar.
PSM Makassar (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto)
zoom-in-whitePerbesar
PSM Makassar (Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto)
Berada di posisi kelima dengan jumlah kebobolan 44, membuat manajemen Madura United untuk mulai mencari pemain yang dapat menutupi lubang di lini belakang. Tak hanya itu, dengan perginya pencetak gol terbanyak mereka musim lalu, Peter Odemwingie, Madura United harus cepat bergerak untuk mempersiapkan kekuatan di musim mendatang, agar tidak terseok-seok saat mengarungi semua kompetisi yang dilakoni.
ADVERTISEMENT
Ada dua klub yang memiliki kemungkinan yang sama menjadi mewakili Indonesia di Liga Champions Asia, Bhayangkara FC atau Bali United. Namun, sebelum menatap penyisihan grup di kompetisi teratas sepak bola Asia, siapapun wakil Indonesia, mereka terlebih dulu harus menjalani babak play-off.
Sejak tahun 2002, Liga Champions Asia sendiri dihadirkan untuk klub-klub yang berasal dari negara negara yang keadaan sepak bolanya telah menunjukkan prestasi. Untuk itu, melaju ke babak penyisihan grup merupakan hal yang sulit bagi klub Indonesia.
Bila dilihat dari skenrio yang ada, klub Indonesia masuk ke wilayah Asia Timur yang dihuni oleh, Australia, Jepang, Korea Selatan dan juga China. Diperlukan persiapan yang panjang dan kekuatan tim yang dalam untuk masuk ke penyisihan grup, karena mereka bakal menemui lawan kuat pada babak play-off.
ADVERTISEMENT
Sejarah juga mencatat, klub Indonesia yang berhak melaju ke babak play-off selalu kesulitan dan mengalami kegagalan. Tahun 2003, Petrokimia Putra dan Persita Tanggeran gagal mewakili Indonesia di Liga Champions Asia setelah kalah dari wakil China dan Thailand.
Di tahun 2009, Indonesia mendapat jatah satu slot untuk langsung masuk ke babak penyisihab grup, saat itu Sriwijaya FC yang mewakili Indonesia. Tapi, PSMS Medan yang melakoni yang mendapatkan kesempatan untuk melakoni babak play-off harus mengakui keunggulan wakil dari Singapura.
Sriwijaya FC di Liga Champions Asia. (Foto: JUNG YEON-JE / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Sriwijaya FC di Liga Champions Asia. (Foto: JUNG YEON-JE / AFP)
Lima tahun berselang, selain satu jatah yang didapat, klub Indonesia tidak pernah lolos dari babak play-off Liga Champions Asia. Terakhir, Persib Bandung yang merupakan kampiun Liga Indonesia 2014 gagal mengatasi wakil Vietnam, Hanoi T&T, yang memaksa "Maung Bandung" harus puas dengan AFC Cup.
ADVERTISEMENT
Tidak dapat berbicara banyak di Liga Champions Asia, klub Indonesia sangat diperhitungkan di AFC Cup. Ini dibuktikan oleh capaian Persipura Jayapura yang berhasil melaju sampai ke babak semifinal.
Tak hanya itu, Persipura beberapa kali berhasil menaklukan klub dari negara lain dengan skor yang cukup telak, seperti saat membantai Yangon United dengan skor 9-2 di Stadion Mandala pada babak 16 besar AFC Cup 2014. Di babak selanjutnya, Al Kuwait harus mengakui keunggulan Persipura dengan skor 6-1. Kendati di babak semifinal Persipura harus kalah dengan agregat 2-10 dari Al Qadsia.
Meski mengakhiri AFF Cup dengan kekalahan telak, apa yang ditunjukkan Persipura di ajang tersebut menandakan bahwa klub Indonesia dapat bersaing di level Asia.
ADVERTISEMENT
Terlebih dengan format yang baru yakni memakai lima zona saat penyisihan grup, zona Asia Barat, zona Asia Tengah, zona Asia Timur, dan zona Asia Tenggara, tentunya langkah klub Indonesia keluar dari fase pertama akan lebih mudah.
Sebab, wakil Indonesia hanya akan bersaing dengan klub-klub dari Asia Tenggara yang tergabung di grup G, Grup G, atau Grup H. Klub-klub dari Asia Tenggara sendiri, sejauh ini, levelnya tak terlalu jauh dibanding klub-klub Indonesia. Untuk itu, siapapun nanti yang mewakili Indonesia, capaian Persipura Jayapura di AFC Cup 2014 harus kembali diulang atau bahkan dilewati.