Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Merangkum Kiprah Kontingen Indonesia di Asian Games 2018
2 September 2018 14:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Selesai sudah perjuangan atlet-atlet Indonesia pada Asian Games 2018. Ditandai dengan final triathlon campuran, Minggu (2/9/2018) pagi WIB, yang menghadirkan Eva Desiana dan kawan-kawan di posisi kesembilan.
ADVERTISEMENT
Kekalahan di triathlon campuran tak begitu memengaruhi posisi kontingen 'Merah-Putih'. Berbekal raihan 98 medali yang 31 di antaranya berupa emas, Indonesia menempat peringkat keempat klasemen akhir medali. Hanya kalah dari China (132 emas dari 298 medali), Jepang (75 emas dari 205 medali), dan Korea Selatan (49 emas dari 177 medali).
Pencak silat menjadi cabang olahraga (cabor) paling menghasilkan buat Indonesia. Dari bela diri ini, Indonesia meraup 14 medali sekaligus menjadi juara umum.
Adapun, untuk cabor populer, bulu tangkis turut berkontribusi mendongkrak posisi Indonesia melalui sumbangan dua emas, masing-masing dari Jonatan Christie (nomor perorangan sektor tunggal putra) dan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon (nomor perorangan sektor ganda putra).
Termasuk pencak silat dan bulu tangkis, kiprah Indonesia di Asian Games 2018 turut menyajikan sejumlah catatan menarik. Berikut ini adalah risalahnya:
ADVERTISEMENT
Panen di Cabor Baru
Total sembilan cabor baru diselenggarakan pada Asian Games 2018, di antaranya bridge, jetski, ju-jitsu, kurash, paralayang, pencak silat, sambo, skateboard, dan panjat tebing. Tentu ada andil permintaan Indonesia sebagai tuan rumah di balik kehadiran cabor-cabor tersebut.
Hasilnya pun positif. Dari 61 medali emas yang tersedia, Indonesia meraup 20 di antaranya. Dengan begitu, 'Merah-Putih' menjadi kontingen dengan raihan medall tertinggi dari cabor debutan, mengungguli Uzbekistan dengan 7 emas.
Dominasi di Pencak Silat
Pencak silat menjadi cabor debutan yang mutlak dikuasai Indonesia. Bagaimana tidak, atlet-atlet Tanah Air meraup 14 dari 16 emas tersedia. Hanya Kelas J (90-95 kg) dan F (70-75 kg) yang gagal di Indonesia. Emas untuk dua nomor tersebut jatuh ke tangan Vietnam.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari dominasi pencak silat di Asian Games 2018, wajarlah apabila pecinta olahraga Indonesia berharap agar cabor tersebut kembali dilibatkan di multievent lainnya. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi pun tengah berupaya memperjuangkan pencak silat agar dipertandingkan di Olimpiade 2020.
Rekor Emas 'Merah-Putih'
Asian Games 2018 menuliskan sejarah baru di perjalanan olahraga Indonesia. Untuk kali pertama, Indonesia bisa melampaui raihan 11 emas pada edisi 1962 yang digelar di Jakarta.
Tak tanggung-tanggung, 31 emas dari total 98 medali diraup Indonesia hingga menempati posisi keempat. Dari segi peringkat, inilah capaian terbaik Indonesia sepanjang sejarah Asian Games.
Tertua
Sungguh langka melihat atlet beprestasi di usia 78 tahun, tetapi ini nyata. Di usia tersebut, Bambang Hartono memenangi medali perunggu bridge nomor supermixed team untuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Oleh Bambang, bridge sudah ditekuni sejak usia 6 tahun. Itu berarti sudah lebih dari 70 tahun dia menggeluti olahraga kartu ini.
Termuda
Tak cuma predikat tertua, status atlet termuda yang meraih medali juga menjadi milik Indonesia. Adalah Bunga Nyimas yang disorot setelah merebut perunggu cabor skateboard dengan usia 12 tahun 138 hari.
Bunga sendiri sudah memainkan skateboard sejak umur 8 tahun. Semoga perunggu di Asian Games cuma menjadi awal buat prestasi-prestasi lanjutan Bunga.