Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Profil Nyck de Vries, Pebalap Formula E Blasteran Belanda-Indonesia
1 Juni 2022 19:39 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Adalah pebalap Mercedes-Benz EQ, Nyck de Vries, yang turut ambil bagian di Jakarta International E-Prix Circuit. De Vries akan saling sikut dengan 21 pebalap lainnya demi memperebutkan podium teratas.
Nantinya, De Vries akan melahap sirkuit sepanjang 2,37 km. Dengan 18 tikungan yang menghiasi, De Vries diprediksi akan mengerahkan seluruh tenaganya demi mengukuhkan diri sebagai jawara perdana di Jakarta.
Lantas, seperti apa rekam jejang De Vries di dunia balap?
Nyck de Vries lahir di Uitwellingerga, Belanda, pada 6 Februari 1995. De Vries mulai menekuni dunia balap sejak usianya sembilan tahun.
Saat itu, De Vries memulai kariernya sebagai pebalap gokar. Ia acapkali mengikuti lomba gokar di pelbagai kejuaraan sejak medio 2004.
ADVERTISEMENT
Usai menggeluti balapan gokar selama tujuh tahun, putra dari Hendri Jan de Vries itu mulai merangkak ke ajang balapan yang lebih serius. Ia berpartisipasi di gelaran Formula Renault 2.0 NEC pada 2012.
Pagelaran yang menjadi ajang pemanasan sebelum melenggang ke FIA Formula 3 (F3) itu benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh De Vries. Pasalnya, ia berturut-turut naik kelas ke ajang Formula Renault Eurocup 2.0 hingga puncaknya di Formula Renault 3.5 pada 2015.
Di ajang Formula Renault 3.5, De Vries sukses menempati urutan ketiga di akhir musim. Bersama Tim Driot Associes Motor Sport (DAMS), De Vries mampu meringkus 160 poin.
Di tahun berikutnya, De Vries mulai merangkak GP3 Series atau yang kini dikenal sebagai FIA F3 bersama ART Grand Prix. Tercatat, De Vries berada di tim yang sama dengan Charles Leclerc dan Alexander Albon yang kini membalap di ajang Formula One (F1).
ADVERTISEMENT
Meski pada akhirnya De Vries hanya mampu finis di urutan keenam pada akhir musim, ia tetap melenggang ke FIA Formula 2 (F2) di musim berikutnya.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di FIA F2, De Vries bergabung bersama Rapax Team. Namun, kerja sama itu hanya berlaku selama satu musim usai De Vries hanya finis di peringkat ketujuh.
Kemudian, di musim 2018, ia berkesempatan membela Tim Pertamina Prema Racing. Ia diketahui berada di tempat yang sama dengan pebalap asal Indonesia, Sean Gelael.
Lagi-lagi, De Vries berpindah tim di musim selanjutnya. Usai hanya finis di peringkat keempat, ia melakukan reuni dengan tim yang pernah dibela di F3, yakni ART Grand Prix dan akhirnya menjadi jawara FIA F2 pada 2019.
ADVERTISEMENT
Pasca meringkus gelar juara, De Vries tak melanjutkan karier nya ke balapan F1. Ia memilih untuk banting stir mengendarai balapan mobil listrik alias Formula E.
Meski memiliki sistem yang jauh berbeda, terutama dalam urusan mesin, De Vries mampu beradaptasi dengan cepat. Hal itu dibuktikan dengan raihan gelar juara yang sukses disabet De Vries.
Bersama Mercedes Benz-EQ, De Vries hanya membutuhkan waktu satu musim untuk beradaptasi. Ia tercatat mampu menjadi jawara Formula E pada musim 2020/21.
Di lain sisi, perihal darah Indonesia yang mengalir di tubuhnya, De Vries mengaku memperolehnya dari sang kakek. Hal itu diungkap De Vries saat melakukan sesi wawancara pada 2019 silam.
"Ya benar, kakek saya berasal dari Indonesia dan saya seperempat berdarah Indonesia," kata De Vries.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, De Vries mengungkap hanya pernah mengunjungi Indonesia beberapa kali saja. Salah satunya terjadi pada 2018 kala mengunjungi rekan setimnya saat itu, Sean Gelael.
Ia juga tak menampik akan senang bila ada ajang balapan yang digelar di Indonesia. Pasalnya, ia merasa Tanah Air merupakan negeri yang indah untuk menggelar ajang balap bergengsi.
"Saya mengunjungi Indonesia tahun lalu [2018] untuk mengunjungi teman saya, Sean [Gelael]. Saya belum sering ke Indonesia, tapi saya sudah tidak sabar balapan di sana," lanjutnya.
"Saya pikir [Asia] adalah benua yang indah dan [Indonesia] adalah negeri yang bagus. Meski saya belum memiliki keterikatan yang kuat [dengan Indonesia], tapi rasanya balapan [di Indonesia] akan terasa seperti di rumah sendiri," kata De Vries.
ADVERTISEMENT