RI Dipaksa Mundur, Sistem Bubble Thailand Open Harusnya Ada di All England

18 Maret 2021 16:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bulu tangkis. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bulu tangkis. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
All England 2021 dipastikan berlanjut tanpa kehadiran kontingen bulu tangkis RI. Pada Kamis (18/3) pagi WIB, kabar skuad Indonesia dipaksa mundur dari turnamen bulu tangkis tertua itu sudah mencuat.
ADVERTISEMENT
Alasannya, saat terbang menuju Birmingham, Inggris, tim bulu tangkis RI berada dalam pesawat yang sama dengan penumpang anonim yang dinyatakan positif COVID-19. Padahal, saat dites, seluruh tim Indonesia dinyatakan negatif corona.
Sudah begitu, pemberitahuan ini terbilang mendadak. Sebab sebelumnya, sejumlah kontingen Indonesia sudah bertanding.
Tak pelak, profesionalitas BWF dan Inggris dalam menyelenggarakan All England patut dipertanyakan. Harusnya, untuk mengantisipasi hal ini, BWF dan Inggris bisa menerapkan sistem bubble di tiga turnamen di Thailand pada awal tahun 2021.

Mengingat sistem bubble di Thailand Open dan BWF World Tour Finals

COV Greysia Polii dan Apriyani Rahayu juara Thailand Open. Foto: Dok. BWF
Sistem bubble diterapkan dengan ketat sepanjang penyelenggaraan dua Thailand Open dan BWF World Tour Finals. Gerak-gerik peserta selama di area turnamen dan hotel sangat dijaga ketat.
ADVERTISEMENT
Contoh dari penerapan sistem bubble itu adalah anggota tim hanya boleh makan di kamar, kalau naik lift maksimal dua orang dan itu pun bersama rekan dari negara yang sama, tidak boleh keluar kamar tanpa izin, dan sejumlah penerapan protokol kesehatan ketat lainnya.
Ditekankan, semua orang tidak boleh keluar dari bubble. Rute bepergian mereka hanya antara hotel, arena tanding, dan tempat latihan.
Atlet dan staf lainnya pun harus menjalani beberapa tes virus corona selama karantina 14 hari untuk memastikan tidak kasus positif di bubble. Selain itu, ada tracking system yang disediakan penyelenggara sebagai pemantau gerak-gerik peserta.
Praveen Jordan dan Melati Daeva di Thailand Open. Foto: Dok. BWF
Pada akhirnya, penerapan sistem bubble cukup sukses dan ini adalah inisiatif dari Thailand sendiri yang disetujui BWF. Walaupun dalam perjalanannya ada beberapa atlet bulu tangkis yang dinyatakan positif corona, seperti Saina Nehwal dan Sai Praneeth, jalannya turnamen tak begitu terganggu.
ADVERTISEMENT
Soal sistem bubble ini juga sudah disinggung oleh Marcus Gideon. Dalam unggahan akun Instagram pribadinya, pasangan ganda putra Kevin Sanjaya itu menyatakan bahwa harusnya sistem tersebut juga diterapkan di All England.
''Jadi, mengapa kami tidak mendapat keadilan yang sama di sini? Dan, jika ada aturan ketat untuk masuk wilayah Inggris karena COVID, BWF seharusnya sudah mendaftarkan sistem yang menjamin kami,'' tegasnya.
''Pemain harus dikarantina sebelum acara. Agar adil, orang yang telah diuji positif harus menjalani tes berikutnya karena kami tidak percaya dengan tes yang mereka lakukan, karena seperti yang Anda semua lihat, 7 kasus positif bisa berubah jadi 7 kasus negatif hanya dalam satu hari,'' pungkasnya.
Selain soal sistem bubble dan prosedur tes yang membingungkan, sistem tracing di Inggris juga patut dipertanyakan. Sebab, tim bulu tangkis RI tiba di Birmingham pada Sabtu (13/3) waktu setempat, cukup lama jaraknya dari kabar perintah isolasi itu.
ADVERTISEMENT

Melihat Liga Inggris

Pertandingan Everton vs Manchester City di Goodison Park, Liverpool, Inggris, Rabu (17/2). Foto: Pool via REUTERS
Kemudian, BWF juga mungkin semestinya bisa melihat apa yang terjadi di cabang olahraga lain, turnamen sepak bola Liga Inggris, misalnya.
Saat ada klub Premier League yang pemain dan stafnya banyak terjangkit positif corona, jadwal tanding ditunda, bukan timnya didiskualifikasi. Pada Desember 2020, ada dua laga ditangguhkan dan diganti ke tanggal lain: Aston Villa vs Newcastle United dan Everton vs Man City.
Jadi, penerapan penundaan All England mungkin bisa menjadi opsi lebih bijak ketimbang harus memaksa mundur kontingen bulu tangkis RI.
Sepakat?
***