Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Ronda Rousey: Pedang Bermata Dua bagi WWE
30 Januari 2018 13:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
Tak banyak kata yang keluar dari mulut Ronda Rousey . Hanya sepatah atau dua patah saja, barangkali, tetapi itu pun tidak sampai ke telinga audiens karena memang Rousey malam itu tidak dibekali oleh mikrofon. Namun, cukup dengan gestur, perempuan 30 tahun itu mengumumkan tujuan kedatangannya: satu spot di WrestleMania.
ADVERTISEMENT
Malam itu, Minggu (28/1/2018) waktu setempat, di Wells Fargo Center, Philadephia, sebuah sejarah tercipta. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, World Wrestling Entertainment (WWE) menggelar Royal Rumble untuk para pegulat perempuan.
Royal Rumble untuk para pegulat perempuan ini memang menjadi mungkin seiring dengan makin bertambahnya jumlah pegulat perempuan di sana. Malam itu, 30 pegulat datang tiap satu setengah menit sekali ke atas ring. Di sana, mereka berusaha saling menyingkirkan dengan melempar lawannya melewati tali ring teratas.
Dua anggota Four Horsewomen, Sasha Banks dari RAW dan Becky Lynch dari SmackDown, menjadi pembuka ajang tersebut. Nantinya, nama-nama pegulat muda lain seperti Bayley (yang juga merupakan salah satu dari Four Horsewomen), Ruby Riott, Ember Moon (juara NXT perempuan), sampai Asuka turut serta pula dalam kontes ketahanan itu.
ADVERTISEMENT
Perayaan Royal Rumble perempuan perdana itu semakin meriah saja dengan kehadiran beberapa legenda di sana. Awalnya, ada Lita yang merupakan anggota Hall of Fame WWE. Kemudian, menyusullah nama-nama lain seperti Michelle McCool, Kelly Kelly, Beth Phoenix, Mickie James, Jacqueline, sampai sosok yang disebut-sebut sebagai pegulat perempuan terbaik sepanjang masa, Trish Stratus.
Memang, tak satu pun dari para legenda itu akhirnya bertahan sampai akhir karena, harus diakui, malam itu memang bukan tempat mereka untuk bersinar. Mereka sudah menjadi pembuka jalan pada masa lalu dan kini, mereka harus menyerahkan tempat di bawah sorot lampu itu kepada pada juniornya.
Pada akhir laga, Asuka keluar sebagai pemenang. Pegulat asal Jepang yang tak terkalahkan di NXT itu sukses menyingkirkan Sasha Banks serta Bella Twins (Nikki dan Brie) untuk menyegel satu tempat di WrestleMania. Asuka pun diberikan kebebasan untuk memilih lawan antara Alexa Bliss (juara RAW perempuan) dan Charlotte Flair (juara SmackDown perempuan).
ADVERTISEMENT
Namun, ketika Asuka sedang berusaha menimbang pilihannya, tiba-tiba saja lagu 'Bad Reputation' milik Joan Jett terdengar via pengeras suara. Di titantron (layar raksasa), terpampanglah sebuah nama yang kemudian memicu chant 'Holy S**t' dari para penonton yang hadir di Wells Fargo Center. Nama itu adalah Ronda Rousey.
Rousey datang dengan mengenakan pakaian ala biker malam itu. Celana hitam, sepatu boots hitam dengan hak yang tidak terlalu tinggi, dan jaket kulit berwarna hitam. Namun, bukan pakaian ala biker itu yang menyita perhatian publik, melainkan kaus putih yang dia kenakan. Di situ, Rousey memberikan tribut kepada salah satu legenda WWE yang wafat pada 2015 silam, 'Rowdy' Roddy Piper.
Selama ini, nama 'Rowdy' memang juga sudah melekat dalam diri Rousey dan rupanya, ini memang bukan sebuah kebetulan. Sejak kecil, dirinya memang sudah menjadi penggemar WWE. Hulk Hogan dan Roddy Piper adalah pegulat favoritnya. Kini, setelah menunggu selama bertahun-tahun, sampai juga Ronda Rousey ke WWE.
ADVERTISEMENT
Malam itu, Rousey tak banyak bicara. Meski menyambut uluran tangan para fans dengan antusias, Rousey memutuskan untuk bertahan di kayfabe -nya meski sesekali, dia tampak kesulitan menahan senyum. Di atas ring, dia sempat berusaha menyalami Asuka tetapi tidak mendapat sambutan hangat. Tak apa. Yang jelas, dia kemudian menunjuk tanda WrestleMania yang tergantung tinggi di langit-langit arena tempat Philadelphia 76ers berlaga itu.
Setelah menyalami Asuka dan memperkenalkan diri kepada Bliss dan Flair yang juga berada di ring, Rousey kemudian turun kembali dan berjalan menuju meja komentator. Di sana, komisioner RAW, Stephanie McMahon, berada. Rousey pun menyalami McMahon yang pernah diserangnya pada WrestleMania 31 tahun 2015 itu. Setelah itu, Rousey berjalan kembali keluar arena dan resmi berakhir sudah gelaran Royal Rumble malam itu.
ADVERTISEMENT
***
Kedatangan Ronda Rousey ini memang antara mengejutkan dan tidak. Mengejutkan karena hanya beberapa hari jelang Royal Rumble, dia sempat mengatakan bahwa dia takkan menghadiri satu dari empat event Pay-per-View terbesar WWE itu. Alasannya, karena dia bakal sibuk dengan proses syuting film '22 Mile'.
Namun, kedatangan itu juga tak mengejutkan karena pindah ke WWE adalah langkah strategis yang masuk akal bagi Rousey untuk meneruskan karier di combat sport. Sebelumnya, usai menjadi pejudo amatir yang sempat berlaga di Olimpiade, Rousey adalah petarung bebas di Ultimate Fighting Championship (UFC).
Bersama UFC, Rousey sebenarnya memiliki karier yang sangat cemerlang. Sejak bergabung ke UFC pada 2011, Rousey telah menjalani 14 pertandingan dan 12 di antaranya berakhir dengan kemenangan. Hanya saja, itu semua berakhir mengenaskan setelah dirinya menelan dua kekalahan pada dua laga pemungkas.
ADVERTISEMENT
Kekalahan Rousey atas Holly Holm dan Amanda Nunes itu sempat membuat dunia tarung bebas geger. Bahkan, tak sedikit yang menyebut Rousey sebagai seorang penipu karena menurut mereka, Rousey tak sehebat yang terlihat. Akan tetapi, para pengkritik itu lupa bahwa tanpa Ronda Rousey, dunia tarung bebas, khususnya bagi para fighter perempuan, takkan segemerlap saat ini.
Rousey adalah sosok yang meminta secara khusus kepada pemilik UFC, Dana White, untuk membentuk divisi perempuan pada 2012 lalu. Rousey pun sukses menjadi juara divisi perempuan pertama dengan mengalahkan Miesha Tate dan gelar itu sukses dipertahankannya sampai 2015 silam dengan mengalahkan Bethe Correia.
Kini, UFC bahkan sudah memiliki tiga kelas untuk divisi perempuan, yakni kelas bantam (bantamweight) yang merupakan kelas tempat Rousey dulu berlaga, kelas terbang (flyweight), dan strawweight (kelas paling ringan). Artinya, peran Ronda Rousey dalam dunia combat sport perempuan sudah tidak bisa lagi dibantah.
ADVERTISEMENT
Dari kiprahnya bersama UFC ini, Rousey akan sangat cocok dengan narasi yang kini coba dibangun WWE bersama divisi perempuannya. Pasalnya, bagi divisi perempuan WWE, ini adalah momen bagi para trail blazers (peretas jalan).
***
Sampai tahun 2016 lalu, pegulat perempuan WWE disebut sebagai Diva dan sampai pada titik itu, perlakuan yang diberikan kepada mereka memang berbeda dengan para kolega laki-lakinya. Para pegulat laki-laki, sejak zaman dahulu, selalu disebut sebagai Superstar dan mereka pun senantiasa memenangi gelar dengan cara-cara yang benar.
Sementara itu, pada zaman dahulu para pegulat perempuan lebih dikenal akan sensualitasnya. Hal inilah yang kemudian diubah oleh Stephanie McMahon dan itu semua berawal dari NXT yang merupakan divisi pengembangan milik WWE.
ADVERTISEMENT
Charlotte Flair (putri legenda WWE Ric Flair), bersama Sasha Banks, Becky Lynch, dan Bayley, menjadi pelopor dari era baru ini. Sejak berlaga di NXT pada 2013, mereka memang telah diberi kesempatan untuk unjuk gigi dengan cara-cara yang benar. Apa yang mereka tunjukkan ini kemudian mendapat sambutana hangat dari berbagai pihak, entah itu fans maupun media massa. Akhirnya, pada 2016 silam mereka berempat resmi dipromosikan ke main roster (RAW dan SmackDown).
Sejak saat itu, para pegulat perempuan ini terus menciptakan sejarah, mulai dari pertandingan triple threat WrestleMania 2016 antara Flair, Banks, dan Lynch, sampai pertandingan iron man yang melibatkan Flair dan Banks. Jalan yang diretas oleh Four Horsewomen itu kemudian dilalui pula oleh nama-nama anyar macam Alexa Bliss, Ruby Riott, sampai Asuka.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Flair dan Bliss masih menjadi pemegang sabuk kejuaraan. Walau begitu, masuknya nama Ronda Rousey dan Asuka sebagai penantang tampaknya bakal membuat Flair dan Bliss kehilangan sabuk tersebut dalam waktu dekat, entah itu di Pay-per-View lain maupun WrestleMania.
Charlotte Flair sendiri saat ini masih diposisikan sebagai babyface, sementara Alexa Bliss adalah seorang heel. Kemudian, Asuka yang berada di RAW adalah seorang babyface. Nah, dari sini, langkah yang pas bagi Rousey adalah masuk ke SmackDown untuk menjadi penantang Charlotte Flair.
Akan tetapi, yang kemudian jadi masalah adalah fakta bahwa SmackDown adalah brand nomor dua di WWE setelah RAW. Dengan kata lain, kemungkinan Rousey untuk masuk ke SmackDown pun kecil. Artinya, bisa saja nantinya Asuka-lah yang dipindah ke SmackDown untuk memberi jalan bagi Ronda Rousey di RAW sebagai babyface.
ADVERTISEMENT
Namun, kedatangan Ronda Rousey ini juga memunculkan satu masalah baru. Dikhawatirkan, nantinya Rousey hanya akan menjadi part-timer seperti halnya Brock Lesnar di divisi laki-laki. Keberadaan part-timer bernama besar seperti ini boleh dibilang kontraproduktif dan justru menghambat nama-nama orisinal yang diproduksi WWE lewat NXT-nya. Di sini, Rousey nantinya justru bisa merusak jalan yang telah diretas tadi.
Part-timer sendiri adalah sosok pegulat yang biasanya hanya muncul pada acara-acara Pay-per-View atau dalam build-up jelang Pay-per-View tersebut. Dengan begitu, mereka tidak akan ikut serta dalam seri reguler yang tayang setiap pekan. Keberadaan para part-timer ini bisa sangat mengganggu karena mereka bisa saja merusak storyline yang tengah dijalani. Selain itu, biasanya mereka juga bakal mendapat kesempatan lebih untuk menjadi juara.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, terlepas dari itu semua, keberadaan sosok Ronda Rousey di WWE ini memang bakal berbuah positif bagi kedua belah pihak. Bagi Rousey, WWE menawarkan kesempatan baru untuk terus memeriahkan combat sport. Selain itu, ini adalah sebuah langkah yang pas untuk menyembuhkan Rousey dari kegagalan menyakitkan di tangan Amanda Nunes.
Dilansir ESPN, ketika Rousey dulu kalah di final Olimpiade 2008, dirinya sempat kesulitan untuk bangkit kembali. Sebelum datang ke UFC, Rousey bahkan sempat harus tidur di mobilnya. Maka dari itu, bergabungnya sang pejudo ke WWE akan membuat segalanya jadi lebih mudah baginya dan itu semua sudah terlihat dengan ekspresi bahagia Rousey di Royal Rumble lalu.
Sementara, bagi WWE sendiri, selain dapat mengkapitalisasi keberadaan Rousey, mereka juga bisa mendapat suntikan darah segar untuk pengembangan divisi perempuan. Namun, untuk bisa membuat Ronda Rousey optimal di WWE memang tidak akan mudah. Dalam upaya mencapai itu semua, dibutuhkan tim kreatif yang tidak asal-asalan memasukkan Rousey sebagai sosok omnipotent macam Brock Lesnar. Selain itu, Rousey sendiri juga harus mampu menjual gerakan-gerakan serta gimmick-nya.
ADVERTISEMENT
***
Pada akhirnya, sudah sebesar inilah divisi perempuan WWE. Tanpa reputasi yang apik, muskil rasanya bagi sosok seperti Ronda Rousey untuk sudi datang dan bergabung ke dalamnya. Dari sini, reputasi gulat profesional sebagai bagian dari combat sport pun bisa terus terangkat.
Namun, WWE juga tak boleh lupa bahwa Ronda Rousey ini adalah sebuah cara untuk terus meningkatkan kualitas divisi perempuan mereka. Tidak lebih. Apabila WWE kemudian justru memutuskan untuk membuat Rousey sebagai atraksi utama secara kontinyu, maka segala revolusi yang telah mereka lakukan selama ini bakal menjadi sia-sia.